GenPI.co - Pengamat pertahanan dan keamanan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Robi Sugara mengingatkan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa terkait bakal calon presiden.
"Ketika nama Andika masuk ke bursa capres, itu sudah pasti ditarik pada kepentingan politik, sementara dirinya masih menjabat sebagai Panglima TNI," kata Robi dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Minggu (24/7).
Menurut dia, secara aturan tidak ada yang dilanggar oleh Jenderal Andika dalam tindakannya itu, tetapi secara etika mencederai profesionalitas TNI di kemudian hari.
Robi menyebut ada dua alasan kinerja Andika sebagai Panglima TNI berpotensi ganda dengan kepentingan politik pribadinya.
Pertama, pengumuman akhir pengusungan calon presiden secara definitif dari Partai NasDem kemungkinan akhir tahun 2022.
"Jenderal Andika dengan jabatan yang dipimpinnya akan memanfaatkan power tersebut untuk mempengaruhi NasDem mengusungnya, sebab secara personal dia seperti membiarkan usulan dari NasDem tersebut," ungkapnya.
Lebih lanjut, Robi melihat beda sikap antara Jenderal Andika dengan mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
Gatot secara tegas ketika menjabat sebagai Panglima TNI mengatakan bahwa dirinya tidak akan mencalonkan atau tidak bersedia dicalonkan sebagai presiden.
Alasan kedua, menurut Robi, ketika tidak ada sikap yang jelas oleh Andika, maka pekerjaannya sebagai Panglima TNI berpotensi menjadi tidak profesional.
"Sebab apa pun yang akan dilakukannya saat ini pasti sarat ditunggangi dengan pencitraan dirinya untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas,” pungkasnya.
Sebelumnya, nama Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa masuk salah satu calon presiden yang bakal diusung Partai Nasdem. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News