GenPI.co - Rumor mengenai keterbelahan elite-elite PDIP dalam menyikapi soal capres 2024 menyisakan persoalan pelik di mata publik.
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F. Silaen mengatakan, tanda- tanda keterbelahan atau friksi-friksi serta ketidak-harmonisan faksi diantara elite-elite PDIP di mata publik tidak bisa dipandang kecil sebelah mata.
“Politik adu domba dimainkan oleh pihak lawan-lawan politik. Misalnya soal dukungan kepada Jokowi menjadi ketua umum DPP PDI-P dan serangan kepada sosok figur gubernur Jawa Tengah soal istilah petugas partai. Ini yang nyata dan viral, "jelas alumni Lemhanas pemuda 2009 itu dalam keterangan resminya.
Ia menyebut, PDIP diserang buzzer dengan terstruktur dan masif merupakan bagian dari kampanye politik yang sudah terencana dengan baik. Bagaimana merusak image from inside and outside.
Menurutnya, apabila keterbelahan elite PDIP tidak segera ditangani secara kekeluargaan sesuai dengan mekanisme partai maka ada kemungkinan besar PDI-P runtuh perolehan suaranya di pemilu serentak nanti.
“Meskipun waktu pendaftaran capres dan cawapres masih relatif lama tapi apabila terus- menerus diterpa kabar miring bukan tidak mungkin itu sangat merugikan internal PDIP itu sendiri," beber Silaen.
PDI-P sudah berpengalaman dalam pertarungan politik. Hanya perlu waspada terhadap serangan yang memborbardir jantung pertahanan PDIP itu.
“Sebab pertandingan bukan hanya soal pengalaman tapi juga exercise dan harmonisasi serangan balik," ungkap aktivis organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) itu.
Lebih lanjutnya, ia menekankan PDI-P harus segera menyelesaikan problematika disruptif mengenai pandangan serta perilaku masyarakat terhadap pasar, industri, budaya, dan berbagai proses di dalamnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News