Ngeri! Manuver Gatot Nurmantyo Bikin Istana Makin Ketar-Ketir

03 Oktober 2020 09:20

GenPI.co - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo saat ini seperti menjadi tokoh oposisi pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) semenjak tak lagi menjabat sebagai Panglima.

Salah satu deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) itu mengaku alasan dirinya diberhentikan dari kursi Panglima oleh Presiden Jokowi, yakni karena instruksi menonton film Peristiwa G30S/PKI.

BACA JUGAAncaman Gatot Nurmantyo Menggetarkan Jiwa Raga!

Namun, Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko, yang juga merupakan mantan Panglima TNI sebelum Gatot, membantah tudingan soal pemberhentian Gatot dari pucuk kepemimpinan militer.

"Pergantian pucuk pimpinan di sebuah organisasi itu melalui berbagai pertimbangan. Bukan hanya pertimbangan kasuistis, tetapi pertimbangan yang lebih komprehensif," jelas Moeldoko, Kamis (1/10).

BACA JUGAFadli Zon Skakmat Sukmawati Tentang PKI, Hasilnya Ngeri!

Gatot diketahui merupakan adik tingkat Moeldoko di TNI AD yang kemudian memiliki jalan berseberangan setelah terjun ke politik.

Pergantian jabatan itu merupakan preferensi Jokowi setelah memenangkan Pemilu 2014 silam. Kala itu, Moeldoko pun sudah memasuki masa pensiun.

Perbedaan pendapat antara senior junior itu mulai tampak ketika situasi politik Indonesia mulai memanas pada 2016, menyusul gelombang Aksi Bela Islam 411 dan 212 di Jakarta.

BACA JUGAIstana Gerah Gatot Nurmantyo, Peringatannya Mengerikan!

Gatot juga menjadi sorotan pasca menginstruksikan para prajurit menonton film Peristiwa G30S/PKI.  

Gatot yang awalnya diwacanakan akan maju pada Pilpres 2019 itu justru tak mendapat dukungan dari partai manapun. Kala itu, dirinya bergabung dengan mantan capres Prabowo Subianto yang sekarang menjadi Menteri Pertahanan.

Sementara itu, Gatot yang sempat tak terdengar setelah Pilpres 2019, justru kembali ke permukaan sebagai salah satu deklarator KAMI.

BACA JUGA: Tak Percaya Hoki, Oktober Bikin 6 Zodiak Banjir Rezeki Ajaib

Mantan Panglima TNI ini menegaskan bahwa KAMI bukanlah alat politik untuk membidik Pilpres 2024.

"Boleh-boleh saja kalau menyangka KAMI saya gunakan untuk nyapres. Namanya juga politikus pasti dikaitkan dengan politik. Saya hargai itu," jelas Gatot.

Gatot menegaskan hal tersebut di kediaman salah satu anggota KAMI, Daday Hudaya, di Telukjambe, Karawang, Rabu (30/9). 

Bagi Gatot, mereka yang mengkritik dirinya, berarti telah mendengarkannya baik-baik. Gatot juga mengingatkan para kritikus untuk berpikir lebih jauh agar bisa lebih paham.  

Selain itu, Gatot juga menanggapi pertanyaan wartawan saat ditanya perihal dukungan dan doa para ulama yang menginginkan dirinya menjadi presiden.

"Saya yakin para ulama mendoakan saya menjadi presiden dan juga berdoa juga untuk menyelamatkan bangsa ini," kata Gatot.

Kini, Gatot juga menyebut akan mendukung gerakan masyarakat yang menentang RUU Omnibus Law Ciptaker. Dia mengaku mendukung buruh yang akan mogok kerja jika RUU tersebut tetap disahkan.

"Mencermati bahwa Kaum Buruh Indonesia akan mengadakan mogok nasional pada tanggal 6-8 Oktober 2020 ini, maka KAMI mendukung langkah konstitusional Kaum Buruh tersebut," tegas Gatot, Jumat (2/10).(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan Reporter: Panji

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co