Jejak Penuh Darah Kelompok MIT, Lakukan Teror Sadis Setiap Tahun

02 Desember 2020 01:20

GenPI.co - Sejak Santoso tertembus timah panas Satgas Tinombala, Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) memang terkesan meredup. Namun, akar masalah terorisme belum tuntas dibabat.

Sisa anggota yang yang ada terus bergerilya di hutan Sulawesi. Mereka dengan cepat melakukan regenerasi kepemimpinan. Pembunuhan sadis dan teror di Sigi bisa jadi hanya awal dari kebangkitan MIT era Ali Kalora.

BACA JUGA: Nggak Nyangka, Pendapatan Teroris Rp 2 Miliar Per Hari dari Sini

Dilansir dari berbagai sumber, Mujahidin Indonesia Timur diperkirakan terbentuk pada akhir 2012 atau awal 2013 silam.

Delapan tahun berselang, kelompok teroris yang didirikan Santoso alias Abu Wardah ini masih tetap eksis. Santoso sendiri merupakan pentolan dari Jamaah Anshorut Tauhid (JAT). 

MIT sempat mendukung Al-Qaeda. Namun Pada 2016, melalui rekaman video MIT berbaiat kepada Negara Islam Irak Suriah atau ISIS.

MIT menjadikan pegunungan di Poso sebagai markas besar mereka. Rekrutmen, pelatihan, hingga aksi teror selalu dimulai dari wilayah tersebut.

Polisi sendiri telah memburu aksi mereka sejak 2012 melalui Operasi Tinombala. Dua otak besar MIT berhasil ditumpas dalam operasi tersebut. Yakni Komandan Lapangan MIT Daeng Koro pada 2015 dan Pucuk Pimpinan MIT Santoso pada 2016.

MIT tidak bisa dianggap sebagai kelompok teroris enteng. Sederet aksi sadis pernah mereka lakukan. Pada akhir 2018, MIT melakukan aksi keji dengan memutilasi warga di Parigi, Moutong, Sulawesi Tengah.

Aksi teror juga berbarengan dengan serangan terhadap kepolisian setempat. Sebelumnya mereka juga telah menembak dua polisi yang sedang mengevakuasi korban mutilasi tersebut.

Setahun berselang, Jumat siang (13/12) mereka kembali melakukan aksi teror ke warga Parigi dan Satgas Tinombala. Baku tembak dan penyanderaan pun terjadi. Diketahui, satu personel Brimob Polda Sulteng, Baratu Saiful, dilaporkan tewas.

BACA JUGA: Presiden Bersuara Keras, Mujahidin Indonesia Timur  Bakal Disikat

Sebenarnya, pergolakan MIT dengan warga dan polisi sudah terjadi sejak awal mereka berdiri.  Pada 2012, sederet penembakan dan ledakkan bom dilakukan oleh MIT. Dua polisi dan tiga Brimob tewas, rumah Kapolsek Poso diberondong peluru.

Aksi-aksi tersebut terus terjadi sepanjang tahun. Mereka keluar masuk hutan untuk menunjukkan eksistensi. Yang terbaru, tentu saja pembantaian satu keluarga di Sigi yang membuat empat orang tewas, tiga rumah dan satu gereja hangus terbakar.

Di bawah era Ali Kalora, MIT belum berhenti menyebar teror-teror sadis. Pemenggalan dan mutilasi tak segan mereka lakukan untuk menakuti semua orang.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co