Mengejutkan, Pakar Terorisme Bongkar Skenario Busuk Sudutkan FPI

04 April 2021 03:30

GenPI.co - Akademisi Rocky Gerung mendadak ikut angkat suara terkait pandangan dan pernyataan Pakar Terorisme Sidney Jones soal obsesi pemerintah yang dianggap 'menteroriskan' FPI.

Dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, mantan dosen filsafat di Universitas Indonesia ini membenarkan pernyataan Sidney Jones.

BACA JUGA: Pilpres 2024: Tokoh Ini Melejit, Prabowo & Puan Bisa Gigit Jari

Rocky Gerung menilai, selama ini, berbagai sikap dan pernyataan yang disampaikan Istana selalu dalam upaya untuk ‘membuat teori konspirasi’, yaitu mengaitkan isu terorisme dengan suatu hal tertentu dalam hal ini ada kelompok atau ormas FPI.

"Iya, benar, dia itu benar. Karena, komentar kubu Istana itu selalu dalam upaya untuk memasukkan teori konspirasi di dalam persoalan teroris," jelas Rocky Gerung dikutip GenPI.co, Sabtu (3/4).

"Padahal publik sebetulnya berlawanan dengan cara berpikir Istana, justru skeptis dengan teori itu," lanjutnya.

Tak hanya itu, Rocky Gerung juga menyinggung, tata bahasa ataupun narasi yang digunakan Istana dalam hal menanggapi isu terorisme masih menggunakan pola lama, yaitu mengait-ngaitkan isu terorisme dengan suatu jaringan atau kelompok tertentu.

BACA JUGA: Kubu Moeldoko Makin Gelap Mata, Semua Borok SBY Dikupas Habis

"Masih memakai tata bahasa lama, itu persoalannya," ungkap Rocky Gerung.

Pengamat politik ini pun mengaku heran dengan mencuatnya isu teroris yang dikaitkan dengan ormas FPI.

Padahal, menurut Rocky Gerung, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkali-kali mengatakan bahwa teroris tidak berhubungan dengan agama tertentu.

"Padahal Presiden berkali-kali mengatakan, teroris tidak berhubungan dengan agama, tapi publik sudah tidak percaya lagi dengan apa yang disampaikan Presiden," bebernya.

Sementara itu, ketidakpercayaan dan keraguan publik pada pemerintah juga terkait dengan peran dan pernyataan para Buzzer yang justru menggunakan narasi yang mengaitkan terorisme dengan isu agama dan kelompok tertentu.

Oleh sebab itu, Rocky Gerung lantas mengimbau pemerintah untuk membuat narasi yang berbasis akademis dan menunjukkan situasi kewarganegaraan.

Namun yang terjadi saat ini, justru pemerintah kehilangan legitimasi untuk tampil ke publik dengan menyampaikan narasi dan pengambilan keputusan negara yang strategis.

Padahal, masyarakat Indonesia saat ini tengah dirundung ketakutan dan merasa tidak aman.

Apalagi, usai Mabes Polri sebagai markas aparat keamanan, justru menjadi sasaran aksi terorisme. Menyusul aksi teror sebelumnya yang juga terjadi di Gereja Katedral Makassar.

Senada dengan Rocky Gerung, Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun dalam kanal YouTube-nya, juga membacakan sebuah pemberitaan mengenai Sidney Jones.

Sidney Jones menilai bahwa dugaan adanya obsesi pemerintah seolah-olah FPI terkait dengan terorisme itu berhubungan dengan peristiwa pembaiatan massal ke ISIS di Makassar pada 2015.

"Wah, gawat ya, kalau pemerintah menginginkan atau mengecap suatu kelompok menjadi teroris," jelas Refly Harun, Rabu (31/3).

"Sehingga mempunyai legitimasi untuk melakukan apapun ke dalam kelompok tersebut, jadi dipaksakan labeling itu," lanjutnya.

Pernyataan Sidney Jones menjelaskan, bahwa memang benar ada pembaiatan pada tahun 2015, tapi itu konteksnya ketidaktahuan FPI apa itu ISIS.

Refly Harun pun menanggapi pernyataan dari Sidney Jones bahwa FPI yang sudah dibaiat oleh ISIS kemudian mengundurkan diri dalam tiga bulan kemudian.

Maka hal itu yang membenarkan, bahwa FPI bukanlah kelompok yang bergabung dengan kelompok teroris ISIS.

"Yang kedua kalaupun benar, FPI itu ISIS, maka harus disampaikan secara jelas, jangan sampai keterlibatan itu merupakan keterlibatan yang dibuat-buat," ungkap Refly Harun.

Pasalnya, dengan menteroriskan FPI pun jangan sampai menghambat pihak-pihak dalam mencari keadilan.

Sebelumnya, pengamat terorisme di Institute for Policy Analysis of Conflict Sidney Jones menilai tuduhan terorisme kurang tepat dialamatkan kepada FPI.

Sidney Jones mengatakan sudah melihat nama-nama dalam daftar pemerintah, membenarkan bahwa ada begitu banyak di antara mereka yang pernah menjadi anggota FPI.

Tapi, katanya, ada juga yang pernah menjadi anggota Jemaah Tablig, Pemuda Muhammadiyah, atau Partai Keadilan Sejahtera.

Menurut Sidney, orang yang sudah berniat untuk menjadi militan seringkali bereksperimen dengan beberapa organisasi. Sebelum akhirnya bergabung dengan yang paling militan.

"Jadi sebagian besar yang dituduh FPI atau (benar anggota) FPI menjadi teroris, adalah orang yang dikeluarkan dari FPI justru karena mereka dianggap terlalu radikal," jelas Sidney Jones dalam keterangannya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co