Rocky Gerung Blak-blakan, Komisaris Pelni Dikuliti Habis-habisan!

12 April 2021 19:25

GenPI.co - Pengamat politik Rocky Gerung menilai Komisaris Independen PT Pelni (Persero) Kristia Budiyarto tidak paham bagaimana cara meminta maaf yang baik setelah melakukan kesalahan.

Pasalnya, pembatalan kegiatan kajian Ramadhan daring dan pemutasian pejabat penyelenggara acara tersebut sudah membuat kegaduhan di masyarakat.

BACA JUGA: Astaga! Radikalis HTI Wahabi Menyusup ke PELNI, Untung Saja...

“Tapi dia hanya minta maaf secara personal kepada KH Cholil Nafis selaku pengisi acara. Seakan-akan setelah itu, publik akan melupakan kesalahan Kristia yang sebelumnya,” ujarnya dalam video di kanal YouTube Rocky Gerung, Senin (12/4).

Menurut Rocky, langkah itu justru akan semakin memperlihatkan bahwa Kristia hanya ingin menyasar orang-orang tertentu, terutama pihak yang kontra-pemerintah.

“Kalau orang yang pro-pemerintah, dia baru minta maaf. Nanti, kalau ada orang yang tidak berkaitan dengan kekuasaan, dia mungkin tak akan minta maaf,” ungkapnya.

Filsuf itu mengatakan bahwa Kristia mungkin mendapat perintah untuk menjaga ideologi para pejabat dan karyawan BUMN.

BACA JUGA: Gertakan Maut DPR Menggelegar, Pelni Bisa Terpojok

“Siapa tahu ‘agen mata-mata’ ideologi itu jumlahnya banyak dan disebar untuk memata-matai musuh-musuh negara di bidang ideologi,” katanya.

Rocky menuturkan bahwa ideologi Pancasila tersebut akhirnya hanya sekadar jadi alat untuk membujuk orang untuk memusuhi orang lain.

“Ini namanya, kan, permusuhan. Hanya dengan mengatakan bahwa ini radikal, lalu terjadi permusuhan di masyarakat. Jadi, ini nggak ada hubungannya dengan kedudukan dia sebagai komisaris,” tuturnya.

Akademisi itu memaparkan bahwa komisaris seharusnya hanya mengurus manajemen perusahaan.

“Dia harusnya hanya mengurus pembacaan balance sheet saja. Tapi, dia itu hanya disuruh untuk memantau masalah rohani seseorang,” paparnya.

Rocky menjelaskan bahwa saat ini seseorang kehilangan kemampuan untuk merefleksikan diri ketika memegang jabatan tertentu.

“Akhirnya, kita jadi robot yang sudah diprogram, tapi programmer-nya lupa untuk mengubah kunci algoritmanya. Jadi dia masih ngomong soal itu terus, padahal dia sudah dipindahkan ke posisi profesional,” jelasnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co