Rocky Gerung Kuliti Habis Komisaris PT Pelni, Bisa Mati Kutu!

12 April 2021 15:38

GenPI.co - Pengamat politik Rocky Gerung menilai Komisaris Independen PT Pelni (Persero) Kristia Budiyarto tidak paham bagaimana cara meminta maaf yang baik setelah melakukan kesalahan.

Pasalnya, pembatalan kegiatan kajian Ramadhan daring dan pemutasian pejabat penyelenggara acara tersebut sudah membuat kegaduhan di masyarakat.

BACA JUGA: Kabinet Jokowi Bergemuruh, Menteri Ini Bisa Gigit Jari, Bacalah!

“Tapi dia hanya minta maaf secara personal kepada KH Cholil Nafis selaku pengisi acara. Seakan-akan setelah itu, publik akan melupakan kesalahan Kristia yang sebelumnya,” ujar dia, dikutip dalam video di kanal YouTube-nya, Senin (12/4/2021).

Menurut Rocky, langkah itu justru akan semakin memperlihatkan bahwa Kristia hanya ingin menyasar orang-orang tertentu, terutama pihak yang kontra-pemerintah.

“Kalau orang yang pro-pemerintah, dia baru minta maaf. Nanti, kalau ada orang yang tidak berkaitan dengan kekuasaan, dia mungkin tak akan minta maaf,” ungkapnya.

Filsuf itu menambahkan bahwa Kristia mungkin mendapat perintah untuk menjaga ideologi para pejabat dan karyawan BUMN.

“Siapa tahu ‘agen mata-mata’ ideologi itu jumlahnya banyak dan disebar untuk memata-matai musuh-musuh negara di bidang ideologi,” katanya.

Rocky menerangkan bahwa ideologi Pancasila tersebut akhirnya hanya sekadar jadi alat untuk membujuk orang untuk memusuhi orang lain.

“Ini namanya, kan, permusuhan. Hanya dengan mengatakan bahwa ini radikal, lalu terjadi permusuhan di masyarakat. Jadi, ini nggak ada hubungannya dengan kedudukan dia sebagai komisaris,” imbuh dia.

Lebih lanjut, akademisi itu memaparkan bahwa komisaris seharusnya hanya mengurus manajemen perusahaan.

“Dia harusnya hanya mengurus pembacaan balance sheet saja. Tapi, dia itu hanya disuruh untuk memantau masalah rohani seseorang,” paparnya.

BACA JUGA: Pilpres 2024: Tokoh Ini Tak Terbendung, Puan Bisa Gigit Jari

Rocky menjelaskan bahwa saat ini seseorang kehilangan kemampuan untuk merefleksikan diri ketika memegang jabatan tertentu.

“Akhirnya, kita jadi robot yang sudah diprogram, tapi programmer-nya lupa untuk mengubah kunci algoritmanya. Jadi dia masih ngomong soal itu terus, padahal dia sudah dipindahkan ke posisi profesional,” tutur dia.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co