Yusril Ihza Mahendra Usul Partai Islam Gabung, Hasilnya Ngeri...

17 April 2021 03:30

GenPI.co - Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun blak-blakan turut mengomentari Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra yang menyatakan, partai-partai Islam bisa saja tampil dengan satu partai koalisi dalam pemilu, misalnya diberi nama Partai Koalisi Islam. 

Namun, menurut Refly Harun, pembahasan UU-nya akan alot dan akan ditolak partai nasionalis.

BACA JUGA: Mendadak Ali Ngabalin Bocorkan 2 Menteri Baru, Bikin Kaget

Hal tersebut diungkapkan Refly Harun dalam kanal YouTube pribadinya merespons pernyataan Yusril Ihza Mahendra.

Sebelumnya, Yusril Ihza Mahendra mengatakan, untuk menyatukan partai-partai Islam dapat dimulai dengan pembentukan koalisi partai yang harus mendapat legitimasi undang-undang, baik UU Parpol maupun UU Pemilu.

"Partai-partai Islam bisa saja tampil dengan satu partai koalisi dalam pemilu, katakanlah misalnya diberi nama Partai Koalisi Islam yang terdiri atas beberapa partai Islam peserta pemilu. Tanda gambar peserta pemilunya terdiri atas beberapa partai Islam yang bergabung dalam koalisi itu," jelas Yusril Ihza Mahendra dalam keterangannya, Kamis (15/4).

BACA JUGA: Panglima TNI Hadi Tjahjanto Masuk Radar Istana, Ini Penggantinya

Refly Harun pun membeberkan, hal tersebut memang membutuhkan suatu pembahasan UU yang alot. 

"Dan saya yakin partai-partai nasionalis tidak mau karena itu sama saja membuka peluang anak macan menjadi besar. Karena bagi partai-partai nasionalis, yang mereka khawatirkan adalah bersatunya partai-partai Islam, bersatunya mereka yang berbasis massa Islam, dan kemudian menjadi kekuatan utama politik lagi di Republik Indonesia," jelas Refly Harun, Kamis (15/4).

Menurut Refly Harun, bahwa pada dasarnya pada tahun 1955, ketika pemilu pertama diadakan, partai-partai Islam dan berbasis massa Islam, cukup mendominasi. 

Dalam empat besar hasil pemilu ada dua partai besar Islam yang cukup mendominasi yakni Masyumi dan NU.

"Persatuan menjadi penting, agar gelombang atau perahu nakhoda ini tidak terlalu condong ke kiri. Karena bagaimanapun kita membutuhkan keseimbangan di dalam politik kita ke depan ini," jelas Refly Harun.

"Sebagaimana the founding parents kita membangun Indonesia ini dengan perimbangan dua kelompok, kelompok agama dan kelompok nasionalis. Jadi, tidak boleh ada satu kelompok yang sangat dominan sehingga yang muncul justru misalnya Islamofobia," tambahnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co