Politikus Golkar Curiga Teroris Manfaatkan Fintech

17 April 2021 10:20

GenPI.co - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan PPATK segera melacak transaksi jaringan teroris yang disinyalir menggunakan fintech, crowdfunding dan organisasi nirlaba di Indonesia.

"Kami meminta BNPT untuk terus meningkatkan koordinasi dengan lembaga terkait khususnya PPATK guna melacak sinyalemen yang ada," kata Wakil Ketua DPR RI M Azis Syamsuddin dalam keterangannya, Jumat (16/4).

BACA JUGA: Pernyataan Kubu Moeldoko Telak Banget, SBY Dibikin Malu

Aziz mencurigai dengan penggalangan dana melalui kampanye di media sosial dengan modus bantuan kemanusiaan untuk bencana alam, korban konflik Palestina dan Suriah, warga terpapar covid-19 hingga berkedok bantuan panti asuhan.

"Kecenderungan ini diiringi dengan perubahan rekrutmen, pengumpulan donasi, lokasi berkumpul dan metode kerja," kata Azis Syamsuddin.

Menurut Azis, masih ada operasi dengan memanfaatkan beberapa momentum. Cara-cara itu biasa dimainkan oleh lima kelompok teroris dengan menyebar propaganda radikal secara terselubung guna perekrutan melalui dunia maya.

"Kecenderungan operasi gelap ini yang dilakukan di kawasan kota," kata politisi Golkar tersebut.

Lima jaringan teroris yang dimaksud, kata Aziz, yakni jaringan Negara Islam Indonesia (NII) dan Jamaah Islamiyah (JI).

Selanjutnya Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang diyakini masih aktif. MMI disebut-sebut terafiliasi dengan Al-Qaeda di Suriah dan Front Al-Nusrah.

"Dari literasi yang ada MMI merupakan organisasi pengembangan dari Darul Islam dan kemudian berubah nama lagi menjadi Jamaah Ansharut Tauhid (JAT)," katanya.

Kemudian menurut Azis, kelompok JAT. Dalam perkembangannya, JAT telah melahirkan banyak kelompok teroris lainnya yakni Jamaah Ansharut Syariah (JAS) dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Terakhir, kecurigaan Azis terhadap Jamaah Ansharut Khilafah (JAK). JAK sendiri telah ada di Indonesia sejak 2016 dan mendapuk diri dengan nama JAK Nusantara. Kelompok teroris ini dipimpin oleh Bahrunnaim yang merupakan Khatibah Nusantara ISIS Indonesia.

Azis juga membeberkan salah satu metode yang kecenderungannya menyasar "captive audience". Sebuah pola yang targetnya menyasar kelompok yang kerap menghabiskan waktu di ruang maya.

BACA JUGA: Rocky Gerung: Selamat Datang Doktor Habib Rizieq Shihab

"Ini menjadi kewaspadaan kita bersama. Bahkan dari perkembangan yang ada sejumlah analisis terorisme internasional telah membedah pola rekrutmen baru ini," ungkap Aziz Syamsuddin. (ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cahaya

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co