GenPI.co - Salam (52) mendapatkan kesuksesan sebagai pengusaha genteng asal Dusun Kumbung, Desa Kuripan Utara, Kecamatan Kuripan, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pria paruh baya tersebut memulai usahanya di perbatasan Lombok Tengah dengan Lombok Barat sejak 1997.
Keahlian turun-temurun itu dijadikan sumber mengais rezeki. Memasuki usia senja, Salam masih tampak lincah.
Meskipun demikian, matanya mengalami katarak dan harus operasi dalam waktu dekat.
Salam mengaku penjualan genteng masih tinggi meski berbagai jenis atap rumah bermunculan di pertokoan.
"Dalam sebulan, sekitar 12 ribu genteng terjual. Kami mengirim sampai ke Bali," kata Salam kepada GenPI.co NTB, Minggu (9/7).
Menurut dia, awal kemunculan atap jenis spandek memang sempat mengakibatkan perosotan penjualan.
Namun, Salam tetap tekun menggeluti usahanya tersebut, sedangkan pengusaha genteng yang lain beralih profesi.
"Kurangnya persaingan membuat penjualan genteng meningkat," ujar ayah tiga anak itu.
Dari usahanya itu, dia mampu menguliahkan anaknya yang paling besar hingga wisuda.
"Alhamdulillah, saya juga bisa membangun rumah dari hasil penjualan genteng ini," ucap Salam.
Saat ini, Salam memiliki tiga karyawan. Dalam sehari, mereka mampu membuat hingga 400 genteng.
Menurut dia, tidak ada tantangan berarti dalam menjalani usahanya. Mempertahankan kualitas menjadi prinsipnya.
"Biasanya hujan yang menjadi kendala, tetapi tidak begitu berpengaruh," jelas Salam.
Tidak seperti pengusaha kekinian pada umumnya, dia tidak pernah mempromosikan produknya lewat media sosial.
"Pembeli langsung ke lokasi. Selama menjaga kepercayaan pelanggan, pasti banyak dicari," ungkap Salam.
Dia mematok harga seribu genteng Rp 1,3 juta. Genteng akan diantarkan sampai depan rumah pembeli sesuai kesepakatan. (Ahmad Sakurniawan/GenPI.co NTB)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News