Cerita BUMDes Janti Jaya Bangun Janti Park di Klaten, Awalnya Disepelekan Kini Jadi Andalan

30 April 2024 20:50

GenPI.co - Janti Park yang terletak di Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, kini menjadi destinasi wisata air yang terkenal di Solo Raya dan sekitarnya. Rekreasi wisata air ini menawarkan wahana permainan yang lengkap, salah satu yang unik adalah kolam mandi salju.

Namun demikian, Janti Park ini tidak serta merta langsung terkenal dan meraup banyak untung. Wisata air ini dibangun pada tahun 2018 kemudian resmi dibuka tahun 2020. Janti Park yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Janti Jaya baru terlihat untungnya bagi desa pada tahun 2021 lalu. 

Direktur BUMDes Janti Jaya Desa Janti, Danang Joko Wijayanto, mengatakan Janti Park dibangun tahun 2018 dengan anggaran dari Dana Desa senilai Rp 500 juta. 

BACA JUGA:  BRI Jadi Solusi Finansial, Wong Solo Nabung Lalu Pakai BRImo dan Akses KUR

“Dana Desa itu biasanya kan untuk infrastruktur, kami memberanikan diri untuk membuat rekreasi wisata air dengan konsep amati tiru modifikasi (ATM). Pembangunannya multiyears hingga tahun 2020,” kata dia saat ditemui di Janti Park, Minggu (21/4).

Danang mengakui semula tak mudah meyakinkan masyarakat setempat jika Janti Park bisa meningkatkan perekonomian warga. Apalagi pembangunan destinasi wisata ini berasal dari Dana Desa yang notabene kerap untuk infrastruktur. Dia berargumen apabila suatu saat Dana Desa sudah tidak ada, berarti desa harus mandiri. Maka dari itu, salah satu caranya adalah membangun lini usaha disesuaikan dengan potensi Desa Janti. 

BACA JUGA:  Jadi Agen BRILink, BUMDes Tumang Sukses Bantu UMKM Kerajinan Tembaga hingga Jadi Pemenang Desa BRILian

Pembangunan Janti Park ini secara multiyears dari tahun 2018 hingga 2020. Anggarannya dari Dana Desa Rp 500 juta pada 2018, Rp 300 juta pada 2019, dan Rp 300 juta pada 2020. Janti Park dibangun di tanah kas desa seluas 3 hektare (ha)

Awalnya modal Janti Park dibuka untuk umum itu hanya mengandalkan 2 kolam renang dan 7 gazebo. Saat itu dia berniat memanfaatkan libur Natal dan Tahun Baru untuk menarik pengunjung. Sayang, belum juga dikenal Janti Park terdampak kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) karena covid-19.

BACA JUGA:  Intip Cerita Desa BRILian Janti, Desa yang Punya Wisata Air hingga Kulineran Jadul

Saat itu sudah ada beberapa rekreasi wisata air di Kecamatan Polanharjo, Klaten. Dia kemudian mencari ide agar Janti Park punya pembeda yang tidak dimiliki destinasi wisata lainnya, yakni kolam mandi salju. Janti Park mendapatkan respons yang kurang bagus dari pengunjung di media sosial. Destinasi ini sebelumnya memanfaatkan Facebook untuk promosi.

“Di medsos kami dikritik, katanya Janti Park nge-prank, kumuh, kotor,” tutur dia.

Hal inilah yang membuat dia dan rekan-rekannya di BUMDes berbenah total. Dia membikin Janti Park sebagai wahana rekreasi yang di dalamnya ada restoran. Menariknya, apa yang dijual di resto ataupun gerai usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Janti Park berasal dari warga setempat.

Resto ini menjual masakan ayam dan ikan. Supplier bahan utamanya diambil dari masyarakat setempat. Selain itu, aneka camilan, jajanan, minuman, hingga merchandise merupakan titipan warga. Ada pula wedangan (Hik) yang makanannya juga dari warga. 

Total ada 30 supplier dan 50 UMKM yang tergabung di sektor perdagangan di Janti Park. Ini mulai dari makanan, minuman, jajanan, sampai oleh-oleh. Semuanya berasal dari warga lokal.

Tak cuma itu, tenaga memasak di resto mengandalkan ibu-ibu PKK. Sedangkan petugas linmas bertugas jaga parkir dan kebersihan, sementara karang taruna sebagai karyawan Janti Park. Mereka digaji sesuai upah minimum kota/kabupaten (UMK) dan terkaver BP Jamsostek. 

“Total karyawan kami (BUMDes) ada 106 orang, ini termasuk yang mengelola usaha lain seperti perikanan dan TPS3R (tempat pengolahan sampah reduce reuse recycle). Saya cuma menekankan jangan cuma lihat hasil akhir, di dalamnya ada mengentaskan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, efeknya luar biasa,” tegas dia.

Janti Park perlahan meraup untung mulai September 2021 hingga sekarang. Pendapatan sektor wisata di Janti sebesar Rp 3,527 miliar pada tahun 2023. Sektor perdagangan paling besar pemasukannya mencapai Rp 6,495 miliar. Keuntungan bersih dari sektor perdagangan sebesar Rp 1,889 miliar. Sementara sektor perikanan Rp 437 juta.

Kini Janti Park memiliki beragam wahana air yang bisa dimanfaatkan pengunjung. Ada kolam renang anak dan dewasa, terapi ikan, kolam mandi salju, gazebo, joglo, dan lesehan. Janti Park buka mulai pukul 07.30 WIB hingga pukul 15.30 WIB.

Tiket masuknya cukup terjangkau, yakni hari biasa Rp 5.000 dan akhir pekan/hari libur Rp 8.000. Khusus saat Lebaran lalu tiketnya Rp 10.000. Pengunjung saat akhir sekitar 1.000-3.000 orang. Ketika Lebaran pengunjung Janti Park tembus 4.000 orang.

“Beli tiket masuk juga sudah ada pembayaran nontunai pakai QRIS BRI. Pengunjung kami kan banyak dari luar kota, jadi kami menyesuaikan kebutuhan mereka,” ujar dia.

Danang menambahkan tahun ini dia fokus untuk perbaikan (maintenance). Menurut dia, sudah bertahun-tahun sejak Janti Park dibangun belum pernah dibenahi secara total. Misalnya, gazebo maupun lesehan untuk pengunjung akan dipasang keramik.  

“Dulu peningkatan kapasitas, sekarang kenyamanan pengunjung yang kami pikirkan,” tegas dia.

Janti Park yang menjadi salah satu unit usaha BUMDes Janti Jaya inilah yang membuat Desa Janti mendapat penghargaan sebagai Desa BRILian pada tahun 2023 lalu. Setelah menyandang sebagai Desa BRILian BRI, desa yang dikenal sebagai desa pemancingan ini semakin dikenal luas. 

Danang menyebut status Desa BRILian berdampak luar biasa bagi desanya. Sebagai contoh, desa ini dikunjungi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, BUMN, dan sejumlah lembaga lain.

“Saat didatangi Kemendes saya tanya tahu sini dari mana, mereka bilang dari Desa BRILian BRI,” beber dia.

Kepala Desa Janti, Tri Prakoso, menjelaskan desanya memiliki sumber air yang menjadi potensi utama untuk mendongkrak perekonomian warga. Tri menyebut air menjadi berkah bagi warganya. Andalannya ada di 3 sektor, yakni wisata, perikanan, dan perdagangan. Ketiganya dikelola BUMDes Janti Jaya.

“Didukung potensi air, kami kelewatan sumber dari Wunut (desa sebelah) yang membelah Desa Janti,” kata dia, saat ditemui GenPI.co di Janti, Minggu (21/3).

Sementara itu, Regional CEO BRI RO Yogyakarta, John Sarjono, dalam wawancara tertulisnya pada Rabu (20/3) lalu, mengatakan ada sebanyak 320 Desa BRILian di wilayah BRI RO Yogyakarta. BRI mendampingi desa sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing desa tersebut, baik sektor pertanian, maupun UMKM.

Dia menyebut proses pendampingan dan pemberdayaan yang dilakukan bagi Desa BRIlian diharapkan dapat membuka wawasan serta networking. Selain itu, cara ini akan membantu desa & BUMDes untuk lebih mengembangkan potensi ekonominya. Akan tetapi, tingkat keberhasilannya sangat tergantung pada inisiatif, kemauan desa.

Menurut dia, BRI RO Yogyakarta mendampingi desa sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing desa tersebut, baik sektor pertanian, maupun UMKM. Di samping itu, BRI juga melakukan pendampingan lanjutan bagi Desa BRILian yang telah mengikuti program ini dengan program Deepening Desa Brilian. 

“Hal itu diharapkan dapat menjadi sarana pendampingan agar desa-desa tersebut terus mengembangkan potensinya, sehingga menjadi lebih baik dari tahun ke tahun,” jelas dia.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Farida Trisnaningtyas

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co