UMKM Kuliner Jadul Asal Solo Ini Bagi Tips Agar Bisnis Bertahan Lama

31 Maret 2024 18:00

GenPI.co - Tak mudah bagi Maya Salam bisa konsisten berwirausaha sejak 5 tahun terakhir. Warga Solo, Jawa Tengah, ini sempat beberapa kali ganti usaha sebelum berjualan kuliner 3 tahun belakangan.

Dia sempat bekerja selepas kuliah di Jakarta. Setelah itu dia ikut sang suami ke Solo dan membangun usaha. Pertama kali dia usaha dengan jualan baju secara online (online shop). 

“Dagang itu seru, mbak. Hari ini bisa sepi, tapi enggak tahunya besok ramai. Omzet juga kadang enggak tentu,” kata dia, saat ditemui di halaman parkir Gedung Wanita Solo, Sabtu (23/3).

BACA JUGA:  Kisah Perajin Kok Asal Serengan Solo, Sukses Kembangkan Kluster UMKM hingga Buka Lapangan Pekerjaan

Dari jualan baju, dia kemudian mencoba usaha kuliner dengan menjual donat jadul dan kaloci, yakni camilan manis asal Pontianak yang mirip dengan kue moci. Maya sehari-hari berjualan di kawasan kuliner Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Jawa Tengah. 

Maya pun berbagi tips bagaimana bisnisnya bisa bertahan (survive) hingga saat ini. Baginya, menjaga kualitas produk adalah nomor satu. Dia juga menekankan pentingnya menjaga kebersihan. Apalagi bagi usaha kuliner sepertinya. 

BACA JUGA:  Klub BRI Liga 1 Persis Solo Bantu UMKM Branding Gratis di Stadion Manahan

Tak ketinggalan, konsistensi juga menjadi kunci sukses berbisnis. Tak cuma urusan produk, tetapi konsisten jam operasional usaha juga jadi catatan. Misalnya, hari apa saja toko/lapak beroperasi hingga jam berapa buka dan tutupnya. Selain itu, jangan lupa mencicipi produk kuliner sendiri sebelum dijual ke konsumen.

“Penting untuk mencicipi produk bikinan kita dulu sebelum dijual. Saya pernah dulu enggak saya coba dulu, ternyata rasanya kurang,” cerita Maya.

BACA JUGA:  Tak Melulu Permodalan, UMKM Kuliner di Solo Makin Dikenal Gegara Sering Ikut Pameran

Di sisi lain, Maya kerap menjajakan kuliner jadul di berbagai event kuliner ataupun pameran. Salah satunya adalah di Pasar Takjil Ramadan di halaman parkir Gedung Wanita Solo yang digelar selama puasa Ramadan. Event kuliner ini diinisiasi Bank BRI. Maya ikut pasar takjil ini sebagai bagian dari usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) binaan Bank BRI.

Tak hanya jualan donat jadul dan kaloci, di Pasar Takjil Ramadan ini dia juga menjajakan dawet dan gorengan. Harganya juga terjangkau mulai dari ribuan hingga puluhan ribu rupiah.

Bagi Maya yang penting usaha yang dijalankannya ini halal. Akan tetapi, pasang surut usaha kadang tidak bisa terhindarkan. Meski begitu, dia tak lantas menyerah karena menghadapi rintangan ini. 

Pengalaman baik maupun buruk pernah dirasakannya. Terakhir kali usaha bajunya sempat tertipu jutaan rupiah tahun lalu. Sedangkan saat jualan kuliner, musuh utamanya adalah cuaca. Apalagi jika event kuliner digelar outdoor seperti di Pasar Takjil Ramadan ini.

“Enggak kapok jualan, mbak. Serba-serbinya orang usaha begini. Seru pokoknya,” kelakar dia.

Dalam pengembangan usahanya, Maya dibantu pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) Bank BRI. Dia menjadi nasabah KUR reguler sejak tahun 2020 lalu. Pinjaman KUR yang diajukannya beragam, mulai dari Rp 3 juta hingga batas atas Rp 100 juta. 

Menurut dia, proses pengajuan KUR BRI relatif gampang dan cepat. Selain itu, BRI juga ikut mendampingi pelaku UMKM, mengembangkan usaha mereka hingga turut serta memasarkan lewat berbagai event.

Maya mengaku jaminan untuk mengakses KUR BRI juga enggak ribet. Terlebih jika dana yang dia pinjam benar-benar untuk usaha dan angsurannya lancar, maka BRI otomatis memberikan kepercayaan penuh kepada nasabahnya. 

“Mereka ngasih pinjaman terus enggak ditinggal pergi, tapi dibina juga, diberi peluang ikut event begini, mbak,” papar dia.

Omzetnya bahkan naik 50% apabila mengikuti event kuliner semacam ini. Sedangkan pendapatan total dari berbagai usahanya bisa menembus dua digit setiap bulannya.

Meski jajanan yang dijajakannya adalah kuliner jadul, tapi cara penjualannya semakin kekinian. Dia menjual produk secara online. Saat event, dia juga sudah menyediakan pembayaran nontunai dengan QRIS BRI.

“Sekarang mau gak mau ikutin digital (pembayaran digital). Segmennya anak muda, Apalagi kalau event di sekolah-sekolah, mbak. Harapannya bisa ikut pameran seperti ini. Ini jelas membantu memudahkan UMKM,” terangnya.

Sementara itu, Pimpinan Cabang BRI Slamet Riyadi Solo, Agung Ari Wibowo, menjelaskan BRI melakukan edukasi UMKM untuk meningkatkan kelas mereka, mulai ultra mikro lalu jadi kecil hingga menengah. UMKM yang menjadi binaan BRI dia kelompokkan berdasarkan berbagai kriteria. Misalnya, berdasarkan jenis produk hingga skala omzet.

BRI juga memberi mereka mulai dari pelatihan dasar manajemen keuangan, produksi hingga packaging dan pemasaran. Saat mereka naik kelas kemudian butuh permodalan karena omzet meningkat, maka akan masuk ke kredit usaha rakyat (KUR) BRI. Tahun lalu BRI Slamet Riyadi menyalurkan KUR senilai Rp 976 miliar (2023).

“BRI telah melakukan beberapa aksi nyata di antaranya pembentukan Holding Ultra Mikro, dimana BRI bersama dengan Pegadaian dan PNM telah menyediakan layanan keuangan yang terintegrasi dan memastikan nasabah umi dapat naik kelas dalam satu ekosistem yang utuh dalam konsep Empower, Integrate, dan Upgrade,” ujar dia, saat ditemui di kantornya di Solo, Senin (18/3).

Agung menambahkan perkembangan UMKM ini sangat pesat. Pada 7 Maret 2024, hasil dari Holding ultra mikro menjangkau nasabah kredit 44 juta UMKM dan 173 juta nasabah simpanan/tabungan. Sedangkan penyaluran KUR sampai saat ini sebesar Rp 1,545 triliun.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Farida Trisnaningtyas

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co