Tangkal Serangan Dunia Maya, Joe Biden Tingkatkan Keamanan Siber di Pelabuhan AS

23 Februari 2024 12:50

GenPI.co - Presiden Joe Biden pada hari Rabu menandatangani perintah eksekutif dan membuat peraturan federal yang bertujuan untuk mengamankan pelabuhan negara dengan lebih baik dari potensi serangan siber.

Pemerintah AS menguraikan serangkaian peraturan keamanan siber yang harus dipatuhi oleh operator pelabuhan di seluruh negeri, tidak seperti peraturan keselamatan standar yang berupaya mencegah cedera atau kerusakan pada manusia dan infrastruktur.

“Kami ingin memastikan adanya persyaratan serupa untuk dunia maya, ketika serangan siber dapat menyebabkan kerusakan yang sama besarnya, bahkan lebih besar daripada badai atau ancaman fisik lainnya,” kata Anne Neuberger, wakil penasihat keamanan nasional di Gedung Putih.

BACA JUGA:  Joe Biden Singgung Donald Trump Jadi Ancaman bagi Demokrasi Amerika Serikat

Dilansir AP News, secara nasional pelabuhan mempekerjakan sekitar 31 juta orang dan menyumbang USD 5,4 triliun terhadap perekonomian, dan rentan terhadap ransomware atau serangan siber lainnya, kata Neuberger. 

Serangkaian persyaratan standar dirancang untuk membantu melindungi terhadap hal tersebut.

BACA JUGA:  Pakar Hubungan Internasional: China Tidak Tertarik dengan Joe Biden atau Donald Trump

Persyaratan baru ini merupakan bagian dari fokus pemerintah federal dalam memodernisasi perlindungan infrastruktur penting seperti jaringan listrik, pelabuhan, dan jaringan pipa karena makin banyak dikelola dan dikendalikan secara online, seringkali dari jarak jauh. 

Tidak ada standar nasional yang mengatur bagaimana operator harus melindungi diri dari potensi serangan online.

BACA JUGA:  Joe Biden Kampanye di TikTok, Diperingatkan Soal Keamanan Nasional

Ancamannya terus bertambah. Aktivitas permusuhan di dunia maya, mulai dari kegiatan mata-mata hingga penanaman malware hingga menginfeksi dan mengganggu infrastruktur suatu negara, telah menjadi ciri persaingan geopolitik modern.

Misalnya, pada tahun 2021, operator jaringan pipa bahan bakar terbesar di negara ini harus menghentikan sementara operasinya setelah menjadi korban serangan ransomware di mana peretas menyandera data atau perangkat korban dengan imbalan uang. 

Perusahaan tersebut, Colonial Pipeline, membayar USD 4,4 juta kepada kelompok peretas yang berbasis di Rusia, meskipun pejabat Departemen Kehakiman kemudian mendapatkan kembali sebagian besar uang tersebut.

Pelabuhan juga rentan. Di Australia tahun lalu, insiden dunia maya memaksa salah satu operator pelabuhan terbesar di negara itu untuk menghentikan operasinya selama tiga hari. 

Di AS, sekitar 80% derek raksasa yang digunakan untuk mengangkat dan mengangkut kargo dari kapal ke dermaga AS berasal dari China, dan dikendalikan dari jarak jauh, kata Laksamana John Vann, komandan komando siber Penjaga Pantai AS.

Hal ini membuat mereka rentan terhadap serangan, katanya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co