5 Kue yang Sudah Langka di Kepulauan Riau

16 Mei 2019 15:41

GenPI.co—  Selain tradisi, kesenian dan kebudayaan lainnya, kuliner juga patut untuk dilestarikan. Karena ini merupakan salah satu bagian dari kekayaan budaya yang ada di Indonesia. 

Dengan cita rasa yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Membuat kuliner mempunyai ciri khasnya masing-masing.

Di Kepulauan Riau, seiring dengan perkembangan zaman. Terdapat sejumlah kuliner khas yang sudah mulai langka ditemukan. Baik dijual di warung-warung atau pun dibuat oleh masyarakat setempat.

Baca juga:

Kue Jongkong, Kuliner Dinanti Saat Bulan Ramadhan

5 Kue Kering Favorit Sajian Lebaran

Ada beragam faktor membuat hal itu terjadi. Misalnya selera masyarakat yang berubah ke aneka makanan modern, dan bahan baku yang semakin jarang.  

Serta tidak adanya generasi millenial sekarang yang memiliki pengetahuan untuk memproduksi makanan tersebut. 

Berikut ini beberapa makanan kue tradisional khas Kepri yang tergolong jarang ditemukan.

Sekaya Tulang

Camilan ini merupakan kue yang sudah sangat langka ditemukan saat ini. Meskipun diberi nama tulang, Anda tidak akan menemukan tulang-belulang dalam sajian ini. 

Ternyata, tulang yang dimaksud adalah potongan-potongan halus dari ubi jalar atau keledek yang menghiasi dalam adonan. 

Pada pembuatannya, keledek dikukus terlebih dulu. Agar saat dimakan terasa lembut dilidah. Bahan-bahannya terbuat dari santan, gula pasir, telur dan tepung. Kue ini berwarna hijau. 

Zaman dulu, pewarna yang digunakan adalah dari daun pandan. Selain itu juga untuk menjadikan aromanya wangi.

Panan Pasong

Selain sekaya tulang, panan pasong tergolong jarang dijumpai di Kepri. Panan pasong termasuk kue yang unik dalm segi bentuknya. 

Wadah yang digunakan untuk membungkus adalah daun pisang yang dibentuk seperti corong atau terompet. 

Proses memasaknya juga agak berbeda. Adonan dari santan, gula merah, telur dan tepung dimasukkan pada corong daun pisang yang dikukus dalam ampas kelapa.

Nagasari Kacang Hijau

Seperti yang kita tahu, nagasari merupakan kue yang terbuat dari tepung beras, tepung sagu, santan, dan gula yang diisi pisang. Berbeda dengan nagasari kacang hijau yang menggunakan tepung hunkue. 

Hunkue merupakan tepung dari kacang hijau. Jika dimasak tepung ini aromanya harum dan berwarna bening, dan kenyal teksturnya. 

Untuk menambah cita rasa, dicampur kacang hijau yang sudah direbus. Rasanya manis dan wangi khas kacang hijau. Lalu, dibungkus dalam daun pisang.

Tompek

Cemilan ini sangat mudah untuk dibuat. Tampilannya juga sangat sederhana. Hampir sama dengan bahan-bahan kue panan pasong. Hanya saja ditambahkan soda kue. Fungsinya untuk adonan menjadi mengembang. 

Tidak perlu repot dibakar atau dikukus. Tompek dimasak didalam kuali panas. Warnanya hampir sama seperti martabak, namun tidak ada isian didalamnya. 

Biasanya orang-orang dulu menjadikannya sebagai cemilan untuk dibawa kerja ke kebun atau bersantai dirumah.

Cok-cok Ubi

Zaman dulu, saat beras belum merata di Indonesia. Masyarakat Kepri, khususnya di Kabupaten Kepulauan Anambas menjadikan ubi kayu atau singkong sebagai makanan pokok. 

Bermacam sajian diolah dari ubi kayu, misalnya cok-cok ubi. Makanan ini begitu lembut dan manis. Namun tidak bisa bertahan begitu lama, karena cepat basi. 

Bahan yang digunakan pun sangat sederhana. Parutan ubi dikukus dan disiram santan pekat yang sudah dicampuri garam. Dalam penyajiannya, paling enak dinikmati sesaat setelah matang. Rasa hangat bercampur lemaknya ubi dan santan begitu lezat saat mendarat didalam mulut.  

Itu dia beberapa kue sajian khas Kepri yang sudah sangat jarang, bahkan langka untuk ditemukan. 

Yuk, sama-sama tetap melestarikan makanan khas di daerah masing-masing. Agar generasi mendatang tetap bisa merasakan sajian khas daerahnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co