Komodo Terancam Punah, Prof Emil: NTT Pikul Tanggung Jawab Berat

21 Juli 2022 15:50

GenPI.co - Pakar lingkungan hidup Prof H Emil Salim, MA, PhD mengatakan Taman Nasional Komodo bisa terancam karena minimnya kesadaran wisatawan akan pengetahuan lingkungan pada destinasi.

Untuk itu, destinasi wisata yang berlokasi di Nusa Tenggara Timur (NTT) ini memerlukan adanya program konservasi dan penerapan pariwisata berkelanjutan dalam menunjang kelestarian mutu destinasi.

Hal ini berguna untuk mempertahankan ekosistem makhluk hidup di dalamnya. Termasuk menjaga kelestarian kehidupan satwa liar (wildlife) dari komodo yang sejak September 2021 statusnya terancam punah.

BACA JUGA:  Jokowi Kunjungi Labuan Bajo NTT, Ini Agenda Kegiatannya

“Wisata komodo adalah wisata dengan nyawa hewan. Bukan wisata barang mati seperti Borobudur atau lainnya. Komodo adalah makhluk hidup yang keunikannya justru menjadi daya tarik,” ujar Prof Emil dalam keterangan resminya, Kamis (21/7).

Karena itu, lanjutnya, strategi pariwisata di daerah komodo jangan diletakkan pada jumlah kuantitas tamu, tapi pada keterbatasan kualitas tamu.

BACA JUGA:  Anggota DPR Ansy Lema Tolak Komersialisasi di Pulau Komodo

“Yang menjadi objek wisata adalah makhluk hidup, bukan barang mati. Apabila ekosistemnya terganggu bisa mengganggu ekuilibrium kehidupan komodo, yang mana kita tidak punya ahlinya,” imbuhnya.

Menurutnya, selama ini komodo dianggap objek yang berhak dimanfaatkan, tak peduli ekosistem berubah atau tidak. Tidak peduli berapa pengunjung yang datang.

BACA JUGA:  Tarif Masuk Pulau Komodo Naik, Begini Respons Kepala Desa

Karena itu, lanjut Prof Emil, NTT, memikul tanggung jawab yang amat berat. Memelihara komodo bukan hanya demi komodo saja, tapi demi pemahaman bangsa sebagai tempat tinggal komodo, hewan purba yang usianya diperkirakan sudah ribuan tahun.

Berdasarkan hal itu, Prof Emil menyarankan orientasi terhadap komodo harus berubah. Komodo bukan sebagai objek turis saja tapi sebagai makhluk unik.

Dalam audiensi tersebut, Prof Emil juga menyampaikan bahwa suatu binatang tidak bisa hidup sendiri, melainkan ia bergantung pada ekosistem di sekitarnya, sementara kita sembarangan mengakses habitatnya.

“Tidak ada yang peduli pada dampak dari penggunaan lahan, perubahan iklim, suhu, serta alam. Tidak ada yang peduli. Yang penting wisatawan dapat hotel,” ucap Prof Emil

Maka dari itu, kedepannya strategi pengelolaan Taman Nasional Komodo tidak hanya menjadikan jumlah wisatawan sebagai patokan, melainkan berapa besar toleransi yang dapat diterima oleh ekosistem komodo dan makhluk hidup lainnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co