Wonosobo punya sebuah tempat makan unik yang patut disambangi. Tempat itu adalah Soto Bening Pororojo, namun lebih sering disebut Ponorojo saja. Alamatnya di Jalan Lurah Sudarto, dusun Limbangan, Mudal, Mojotengah. Selain menyajikan beragam kuliner yang segar dan nikmat, lokaasinya juga tak biasa lantaran “nylempit” di pinggir area persawahan. Suasaanya tak riuh lantaran jauh dari keramaian.
Dari alun-alun kota, menuju tempat ini hanya butuh waktu 15 menit saja menggunakan kendaraan bermotor. Letaknya kurang lebih 2 km dari ruas jalan provinsi, dengan pemandangan hamparan sawah di kanan da n kiri.
Warung makan yang buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 19.00 ini banyak dikunjungi dari segala kalangan. Menurut Warsigit, pemilik warung makan, jumlah pengunjung dalam tiap minggu kurang lebih 300-400 orang, dan selalu meningkat saat liburan panjang.
“Awal dibangunnya Pororojo, masih jarang pelanggan. Mungkin karena tempat yang sulit dijangkau. Alhamdulillah semakin kesini semakin dikenal masyarakat, baik perseorangan maupun rombongan, juga luar kota. Semoga ke depannya, Pororojo dapat lebih maju dan kami berusaha untuk memberikan pelayanan yang baik.”, ujarnya.
Disinggung soal nama, Warsigit bercerita jika nama Pororojo diambil dari bahasa Jawa yang artinya “para raja”. Pengunjung yang datang ke warungnya, layaknya para raja yang punya uang banyak dan harus dilayani sebaik mungkin layaknya melayani raja.
“Semua pembeli yang datang dan makan di sini, saya layani layaknya raja,” tambah Warsigit.
Rumah makan ini juga menyediakan fasilitas yang memadai. Ada parkiran yang luas, toilet, musholla, hingga wifi yang juga tersedia di area tertentu. Sementara jenis makanannya berjumlah kurang lebih 30 macam makanan dan minuman dengan harga yang terjangkau yaitu Rp2-18 ribu.
Makanan yang paling diminati pengunjung adalah Soto Bening Ayam dan Sapi, juga Garang Asem. Soto yang dijual di warung ini, berbeda dengan soto yang dijual kebanyakan warung soto di Wonosobo. Ini adalah disini adalah soto dengan kuah bening yang segar tanpa santan. Begitu pula garang asem yang dibuat dengan potongan besar ayam, dan tidak dipotong kecil-kecil sehingga lebih puas. Cabai yang ada di dalam bungkusan garang asempun dibiarkan utuh tanpa dipotong, sehingga penikmat garang asem bisa mengukur sendiri tingkat kepedasannya sendiri.
Menurut Sigit, cara pembuatan garang asem sangat sederhana namun membutuhkan teknik. Bahan-bahan alami seperti cabai, daging ayam, bawang putih, bawang merah, gula, tomat, dan garam dicampur, kemudian dibungkus menggunakan daun pisang dan dikukus 2 hingga 3 jam.
Sementara lidah dimanjakan dengan sajian kuliner yang istimewa, mata juga bisa menikmati pemandangan yang alami. Banyak spot-spot instagramable seperti bangunan tradisional, semacam gazebo yang dibangun di atas kolam, dan ada bangunan pendopo di depan warung ini yang biasa dijadikan spot foto.
Salah satu pengunjung yang juga mahasiswa, Rafika mengatakan bahwa warung Soto Bening Pororojo ini sangat cocok untuk semua kalangan.
“Makanannya enak dengan harga yang murah cocok banget buat sarapan dan makan siang. Tempat yang adem bikin nuansa jadi lebih nyaman buat makan dan bercerita. Saran saja, kalau bisa stop kontak di gazebo bisa digunakan semua dan wifi juga bisa dijangkau di semua area,”ujar Rafika.
Suasana di Warung Makan Soto Bening Pororojo ini sangat cocok untuk pengunjung yang penat dengan suara bising kendaraan, butuh tempat untuk “ngadem” dan bersantai dengan teman, sahabat dan juga keluarga. Tidak jarang juga digunakan sebagai tempat meeting kantor dan photoshoot dengan background nuansa Jawa tradisional.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News