Mitos di Balik Pesona Anggrek Hitam

Nusantara menyimpan banyak jenis tumbuhan yang memesona, salah satunya adalah anggrek hitam yang dikenal di kalangan kolektor.

Indonesia memiliki dua jenis anggrek hitam yakni anggrek hitam Kalimantan dan anggrek hitam Papua.

Anggrek hitam Kalimantam memiliki umbi semi oval dengan dua helai daun keluar, tangkai bunga sekitar 40 sentimeter yang menopang 6 sampai 14 bunga anggrek berbunga berdiameter 10 sentimeter. 

Anggrek hitam Kalimamtan (foto: hitamholic.blogspot.com)

Warna hitamnya berasal dari gen yang dibutuhkan oleh ilmuwan pemuliaan tanaman untuk memberi warna bagi anggrek lainnya.

Anggrek hitam Kalimantan (Coelogyne pandurata) ini mekar antara periode Maret dan Agustus. Merupakan bunga endemik di alam liar Kalimantan Timur, tepatnya di Cagar Alam Kersik Luway yang dapat ditempuh melalui tujuh jam perjalanan darat dari ibu kota Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda. 

Anggrek hitam Kalimantan tumbuh di pepohonan tua yang berada di dekat pantai atau rawa, bunganya mekar selama 5 hari sampai 6 hari, dan selama mekar mereka mengeluarkan aroma yang harum. 

Anggrek hitam ini pun menjadi tanaman lambang provinsi Kalimantan Timur.

Mitos yang muncul di kalangan masyarakat setempat mengatakan bahwa mereka yang mencoba memelihara anggrek hitam akan ditimpa ketidak-beruntungan, tapi nyatanya itu tidak menghalangi orang untuk tetap memeliharanya.

Kerabat dari anggrek hitam Kalimantan adalah anggrek hitam Papua yang tergolong langka dan dilindungi pemerintah. 

Berbeda dengan kerabat kalimantannya, Anggrek hitam Papua memiliki kelopak bunga yang bewarna hitam dengan warna merah muda, putih, dan kuning cerah di tengahnya.

Anggrek Papua tergolong sulit untuk dikembangbiakkan di luar hutan sehingga membuat keberadaannya makin langka, dan harganya membumbung tinggi bahkan ada yang sampai menembus angka seratus juta rupiah.