Bukit Kerang Kawal Darat, Jejak Prasejarah di Bintan

Bukit Kerang Kawal Darat, Jejak Prasejarah di Bintan - GenPI.co
Bukit Kerang Kawal Darat. (Foto: GenPI Bintan)

Hello sobat GenPI! Baru-baru  ini GenPI Bintan kembali menjelajahi destinasi wisata yang ada di Bintan.  Namanya Bukit Kerang Kawal Darat. Ini adalah destinasi wisata prasejarah yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan. Tempatnya keren loh.

Akses untuk menuju ke objek wisata ini memang cukup menantang, guys. Butuh sedikit usaha ekstra. Sebab kita harus melalui perkebunan sawit milik PT. Tirta Madu yang ada di Kawal dengan kondisi jalan tanah merah sejauh 6,3 km. Jadi, nggak disarankan ke sana setelah hujan karena jalanan akan licin. Lokasinya berjarak sekitar 46 kilometer dari Kota Tanjungpinang.

Saat pertama kali sampai di tempat itu, kamu akan menemukan semacam gundukan setinggi empat meter. Sementara dimensinya 18 x 24 meter. Sekilas dilihat, gundukan itu tampak tidak lebih dari sebuah gundukan biasa. Namun tunggu sampai kamu mendekati obyek itu. Barulah kelihatan bahwa gundukan itu bukanlah tanah. Melainkan susunan kulit kerang yang menumpuk menjadi bukit.

Gundukan itu diberi nama Bukit Kerang Kawal Darat. Itu karena lokasinya di daratan Kampung Kawal, Kecamatan Gunungkijang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Gundukan kerang ini terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan paling atas adalah  kulit kerang bercampur humus. Di bawahnya adalah lapisan kerang, disusul lapisan kerang bercampur lumpur. Lapisan paling akhir adalah lapisan kerang. 

Bukit Kerang Kawal Darat merupakan jejak kehidupa prasejarah di Bintan. Tampak jelas sisa aktivitas manusia masa lalu di daerah pesisir. Melalui periodisasi berdasarkan data artefaktual yang ditemukan hingga saat ini, maka situs ini masuk dalam periode akhir neolitik awal. 

Aktivitasnya paling tidak telah berlangsung sekitar 1686 tahun yang lalu, atau sekitar 300 Masehi. Di masa tersebut, manusia yang hidup di tempat itu mengonsumsi moluska, hewan berbadan lunak, sering bercangkang keras, seperti kerang, sebagai bahan makanan. 

Ditemukan pula sisa-sisa peralatan yang digunakan pada masa itu. Dari hasil penelitian, diketahui para penduduk lawas itu menggunakan peralatan berbahan batu, tanah liat, cangkang kerang dan tulang. Cara hidup dan model peralatan tersebut memiliki persamaan dengan sebaran situs bukit kerang di Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darussalam.

Alat yang ditemukan di situs ini adalah alat cungkil berbahan tulang (spatula), alat dari cangkang kerang, ekofak molusca (stromboidae), ekofak moluska (arcidae), dan batu pukul.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Selanjutnya