
Seperti pembuatan mesin pelubang mulsa. Atau plastik untuk tanaman cabai pada permukaan tanah. Ada juga pembuatan pupuk cair pertanian dari limbah ikan, budidaya hidropnik seledri hingga pengembangan teknologi speed boat dengan drone yang dibuat oleh mahasiswa.
"Pameran ini digelar dua hari sejak Jumat (20/7) – Sabtu (21/7), dibuka mulai pagi pukul 09.00 hingga malam hari. Ini adalah satu cara kami untuk merangsang inovasi bagi pelajar dan mahasiswa untuk mengaplikasi pengetahuannya selama ini,” kata Anas.
Malam Minggu pun makin berwarna di Banyuwangi. Karena malam harinya akan digelar pertunjukan Lalare Orkestra. Sebuah kelompok musik yang berisi lebih dari 100 anak dari berbagai sekolah dari tingkat SD hingga SMP di Banyuwangi. Alat musik yang mereka mainkan merupakan alat musik traditional. Unik dan menarik. Ada gendang, rebana, dan angklung, yang diorkestrasikan dalam paduan yang menarik.
“Konser ini memang bukan konser musik biasa. Lalare Orkestra ini pemusiknya adalah siswa dari kelas 3 SD sampai SMP. Meski belia, mereka berhasil menunjukkan talenta bermusiknya,” ujarnya.
Ditambahkan Anas, Orkestra ini menarik, karena mengangkat marwah musik-musik Banyuwangi, dangdut, Jazz dan pop lewat genre alat musik etnik ini. Sajiannya sudah pasti paten. Karena kelompok musik ini pernah meraih penghargaan tingkat dunia dari Pasific Asia Travel Association (PATA) kategori heritage and culture pada tahun 2016.
Pada penampilannya kali ini mereka akan membawakan beragam lagu nusantara. Seperti Kicir-kicir, Janger, hingga lagu lokal Banyuwangi.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News