
Selain itu, BMKG juga membuat pemodelan landakan, sehingga bisa tahu daerah pesisir itu akan terlandak, tingginya berapa dan mana saja daerah yang aman.
“Ini menjadi acuan mitigasi untuk membuat penataan berbasis mitigasi,” ungkapnya.
Indonesia memang ditakdirkan untuk hidup di atas batas lempengan. Hal ini menjadi risiko yang harus dihadapi.
BACA JUGA: Gempa Banten M 6,6 Sebabkan 3.000 Lebih Rumah Rusak
“Sensor system ada 18, tide gauge ada 5, water level, automatic water system ada, IDSL punya KKP, BIG menaruh sensor tide gauge, 2 sirine tsunami yang ditempatkan Lampung dan Anyer, sirine tsunami ada 5 di sana,” ungkapnya.
Sementara itu, BMKG juga terus mengedukasi masyarakat dan stakeholder supaya punya respons dan dapat mengurangi risiko.
BACA JUGA: BNPB: 3.078 Rumah Rusak Akibat Gempa Bumi Banten
Pihaknya selalu menyampaikan kepada masyarakat bahwa memang proses alam yang membahayakan ada, tapi masyarakat harus paham cara selamatnya.
“Memahami warning, memahami ciri-ciri alamiah agar kita selamat. Ada guncangan gempa kuat harus menjauh dari pantai, lalu gempa yang mengayun lama kita juga harus menjauh dari pantai. Edukasinya kita ajarkan terus,” sebut dia. (*)
BACA JUGA: Gempa Bumi Bikin Penjara Rusak, Begini Nasib Napi Rangkasbitung
Simak video menarik berikut:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News