Cikampek, mas, tapi masih di arah Cawang, setau saya dibawa ke sini, katanya sambil memperlihatkan wajah pucat namun tak terlalu khawatir.
Aku memandangi wajah wanita itu. Dia menatap ke arah kamar mayat. Tatapannya terasa kosong, sambil terus memegang ke bagian dada kanannya yang tertumpah saos.
Nama mbak siapa? Tanyaku
Erna, mas, jawabnya.
Lalu wanita bernama Erna itu memandang ke arah depan. Tatapannya lagi-lagi kosong. Entah kenapa kali ini aku agak merinding. Tapi mungkin gara-gara hawa dingin. Btw, kemana si Acil, ya? Kok, belum datang?
Merokok gak, Erna? Tanyaku lagi memecah kekakuan sambil menawari Erna rokok kretek yang sebenarnya tinggal sebatang.
Erna menolak dengan halus sambil menyunggingkan senyum tipis. Aku pernah melihat senyum seperti itu. Tapi dimana ya? Sambil kuingat-ingat, kubakar rokok terakhir sebelum Acil datang.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News