
Ayah Ongko termasuk orang terkaya di Surabaya. Ia tuan tanah. Hampir separo Kembang Jepun milik ayah Ongko. Raja tanah. Setara dengan Baswedan, kakek Anies Baswedan.
Ongko punya hotel terbaik di Surabaya pada zamannya: Hotel Olympic Keputran. Ia juga punya hotel Niagara di Lawang, Malang, yang unik itu.
Anak-anak Ongko tidak ada yang mau jadi ketua umum Perhimpunan Tempat Ibadat Tri Dharma (PTITD) se-Indonesia. Sekaligus Ketua Umum Majelis Rohaniwan Tri Dharma Se-Indonesia (Martrisia).
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Ngaji Wagiman
Sejak Ongko meninggal sudah ditunjuk pejabat ketua umum: Ko Sik Kian. Rupanya ada yang tidak sepakat. Sekelompok pengurus mengangkat David dari Magelang sebagai ketua umum.
Ko Sik Kian memang aktif di Tri Dharma tapi bukan kelompok orang kaya. David kaya raya. Punya bisnis karoseri terkenal di Magelang.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Sobekan Irawan
Kedua kubu tidak bisa bersatu. Memang segera ada Muktamar Tri Dharma. Sebentar lagi. Setelah Cap Go Meh. Mungkin tanggal 14 Februari. Bisa saja Muktamar itu jadi jalan penyatuan. Atau justru resmi menjadi dua.
"Kalau saya sudah bulat akan independen saja," ujar Tony, pimpinan Kelenteng Gudo, luar kota Jombang.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Teroris: Gunung Poso
Setelah reformasi tahun 1998, zaman berubah. Pun soal keagamaan. Konghucu sudah diakui sebagai agama resmi. Oleh Presiden Gus Dur. Konghucu tidak perlu lagi bersembunyi di balik Tri Dharma.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News