Catatan Dahlan Iskan: Ceki Domino

Catatan Dahlan Iskan: Ceki Domino - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Tiap pagi, pukul 05.30 saya sudah di Rumah Gadang. Gedungnya indah khas Minangkabau. Besar sekali. Halamannya luas. Ada surau mungil di belakangnya. Di halaman Rumah Gadang itulah saya senam dansa. Anggotanya 200 orang lebih.

Kemarin, pada jam seperti itu, lombanya belum selesai. Itulah babak final ceki. Semalam suntuk. Ketika senam kami sampai lagu Wo Xiang Xin Ni, saya melongok ke lantai dasar gedung ini: final ceki baru selesai. Tepat pukul 06.00.

Juaranya: Sudirman Jo. Kelahiran 1962. Sudirman pindah ke Surabaya tahun 2003. Bersama istri. Ia jualan nasi Padang. Di Waru, selatan Surabaya. Di sebuah ruko. Sejak kecil Sudirman sudah bisa ceki dan domino. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Menyebar Porno

"Itulah permainan kami setelah belajar mengaji Qur'an di surau," katanya.

Umur 15 tahun, setamat SMP, Sudirman sudah merantau. Kali pertama ke Palembang. Ikut jadi penjahit. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Tempus Est

Dua tahun kemudian ia mendirikan usaha taylor sendiri. Lalu pindah ke Jakarta, tetap di bidang penjahitan. Di Rawa Bening.

Setelah 20 tahun di Surabaya, Sudirman juara. Ia mendapat hadiah sepeda motor Honda. Sekaligus dua. Panitia menyediakan banyak sekali hadiah sepeda motor. Termasuk yang listrik. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Bonita Fani

Semua hadiah itu dipajang di Rumah Gadang. Saya melihatnya setiap hari. Baru kali ini saya tahu ada kejuaraan ceki dan domino batu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya