Nada-nada Romantis di Hutan Pinus

Nada-nada Romantis di Hutan Pinus - GenPI.co
Pusakata Tampil di gelaran Florestra, Sabtu (15/9) di Cikole Orchid Forest, Bandung.

Musik romantis, hutan pinus dan udara sejuk menjadi kombinasi yang pas untuk menggelorakan rasa cinta. Penampilan Pusakata dalam gelaran Forest Orchestra (Forestra) di Orchid Forest Cikole, Sabtu (15/9), menjadi buktinya. Band yang digawangi Mohammad Istiqamah Jamad itu sukses menyihir pengunjung  dengan syair-syair lagu yang puitis. Mereka betah meski hawa dingin mulai terasa menusuk kulit.

Pusakata adalah satu dari delapan musisi yang tampil di di Forestra. Sebelumnya, ada Monita yang tampil dengan lagu-lagu berbalutan musik jazz yang nyaman di telinga. Musisi-musisi lain yang tampil di antaranya The Groove, Tompi, Doel Sumbang, Teza Sumendra, Monita, dan Juicy Luicy.

Pukul 17.30 WIB, Pusakata mulai unjuk kemampuan musikalitasnya. Lagu ‘Angin Pujaan Hujan’ menjadi tembang pembuka. Iringan musik yang mengalun pelan terasa pas dengan suara khas eks vokalis Payung Teduh ini. Alhasil,  penonton menyemut di sisi depan panggung.

“Tempat ini selalu nyaman untuk menikmati waktu bersama teman-teman. Sangat beruntung bisa punya kesempatan untuk bernyanyi di Orchid Forest Cikole ini,” tutur pria yang kerap disapa Is itu usai menyelesaikan lagu pertama. 

Penonton semakin antusias ketika tembang berjudul ‘Untuk Perempuan yang Ada di Pelukan’ dimainkan. Namun kali ini, lagu itu dibawakan dengan sedikit berbeda. Terlebih ketika Is meminta Monita untuk bernyanyi bersamanya. Ada warna baru yang ditampilkan.

Tak seperti versi lawasnya yang diiringi alunan gitar akustik dan tabuhan cajon, Pusakata membuat lagu ini terasa lebih tegas, lebih enerjik. Nuansa akustik memang masih terdengar. Namun hentakan drum dan pekikan lantang saxofon membuatnya ini menjadi lebih berwarna. Hasilnya, tepuk tangan membahana memenuhi udara.

Menteri Pariwisata yang turut hadir menyaksikan penampilan deretan musisi di Forestra mengaku menikmati suguhan lagu-lagu Pusakata. Ia mengatakan, warna musik yang diusung band ini bisa dinikmati berbagai kalangan usia.

“Pusakata ini band jaman now yang unik. Saya punya koleksi piringan hitam lagu-lagu tahun 50-an, warna musiknya mirip seperti mereka. Meski warna musiknya terkesan lawas, namun lihat saja penontonnya, anak muda semua,” kata Menpar Arief kepada GenPI.co.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya