Catatan Dahlan Iskan: Bubur Ibadah

Catatan Dahlan Iskan: Bubur Ibadah - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Dia pun cari cara: apakah ada yang jual bubur bayi bergizi. Dewi cari di Google. Dapat. Jauh. Di Rungkut. Apa boleh buat.

Dari situlah Dewi punya ide bikin bubur bayi sendiri. Dia pun berlogika: bikin bubur untuk satu bayi dan untuk banyak bayi sama saja. Maka dia ajukan ide itu ke suami. 

"Kenapa tidak bubur untuk orang dewasa saja?" jawab sang suami seperti ditirukan Dewi. "Bayi bisa makan bubur orang dewasa. Orang dewasa tidak bisa makan bubur bayi," ujar sang suami berlogika.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Masa Idah

Dewi bersikeras pilih jualan yang lebih spesifik. Bubur dewasa sudah banyak yang jual. Bubur bayi masih jarang. Buktinya Dewi sendiri harus membeli bubur untuk bayinyi dari Rungkut, di Surabaya Timur.

Dewi tinggal di Waru, Surabaya Selatan. Mertuanyi memang orang Tropodo di Waru. Sang mertua pernah punya depot makanan. Dewi sendiri bisa masak. Pernah usaha katering.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Ulang Tahun

Dewi asli Blitar –dari desa Ngadirejo. Ayahnyi tukang tambal ban di pinggir jalan. Lalu merantau ke Surabaya. Jadi sopir sebuah percetakan. 

Dewi kecil ikut ke Surabaya. SD dan SMP di Surabaya. Sambil di pesantren, di daerah Kapas Krampung –Surabaya Timur jauh.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Makan Dulu

Ketika masuk SMA Dewi harus kembali ke Blitar. Cari SMA negeri di sana: SMAN 1 Blitar. Gratis. Ikut nenek di Ngadirejo. Gratis. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya