Pegang Bintang Laut di Labuan Bajo, Wulan Tuai Protes

Pegang Bintang Laut di Labuan Bajo, Wulan Tuai Protes - GenPI.co
Foto Wulan Guritno yang menuai protes Netizen lantaran mengangkat bintang laut dari dalam air. (Foto: Instagram/@wulanguritno)

Artis  cantik Wulan Guritno berlibur ke Labuan Bajo baru-baru ini. Foto-foto keseruan liburannya ke salah satu destinasi wisata prioritas itu ia unggah ke akun media sosial instagram miliknya. Bukannya mendulang pujian, salah satu fotonya dikomentari negatif oleh para netizen.

Dalam foto yang diunggah hari Minggu (23/9) lalu itu, pemilik akun IG @wulanguritno ini tampak sedang memegang seekor bintang laut yang diangkatnya dari dasar pantai. Meski mendulang like sebanyak 58.835, dari 653 komentar yang ada, sebagian menyayangkan aksi Wulan yang mengangkat binatang laut itu dari bawah air.

“Megang dan angkat gitu gak mati min bintang lautnya,” komentar akun @lusman04.

"Bintang laut gaboleh dipegang mba cukup dilihat saja keindahannya" ujar @oktavpr_ netizen yang ikut mengomentari.

Sementara akun @mevi_hariyanti memberi penjelasan panjang lebar dalam komentarnya. Intinya sama saja. Ia menyayangkan perbuatan Wulan Guritno yang telah menangkat bintang laut itu dari air. Ia menulis, timun laut, bintang laut dan terumbu karang adalah mahluk laut yang rentan/halus dan lemah. Hanya dengan menyentuh nya saja dapat merusak struktur kecil mereka. Mereka  bisa stress dan mati.

Lantas apa kata pihak berwenang terkait hal itu? Untuk mencari tahu, GenPI.co menghubungi Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE).

Iskandar dari Data dan Informasi Setditjen KSDAE mengungkapkan, bintang Laut pada dasarnya bukan jenis satwa yang dilindungi undang-undang. Bintang Laut juga memiliki cangkang skeleton yang cukup kuat sehingga tidak menyakiti jika dipegang. Satwa itu juga cukup tahan berada di permukaan yang tidak berair karena jenis-jenis tersebut sangat sering ditemukan berada di atas pasir pantai.

Dilanjutkannya, Pada ekosistem terumbu karang, populasi bintang laut yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan kerusakan/kematian terumbu karang. Sehingga, di kawasan tersebut kadang dilakukan pengendalian populasi dengan cara pemusnahan sebagian.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Selanjutnya