
Data epidemiologi pada tahun 2023 (Palupi, A. G. R., & Noorrizki, R. D.) menunjukkan bahwa sebagian besar kasus gangguan kepribadian narsistik terjadi pada remaja dan dewasa muda yang 75 persen dialami oleh laki-laki.
Kondisi ini terus memburuk seiring bertambahnya usia orang yang terkena dampak.
Dra. Probowatie Tjondronegoro, M.Si, seorang psikolog senior memaparkan gejala NPD dari sudut pandang profesional.
BACA JUGA: Hubungan Donald Trump dan Vladimir Putin Jadi Sorotan Gegara Buku Panggilan Telepon
Menurutnya pengidap NPD cenderung krisis empati terhadap lingkungan sekitar akibat pola pengasuhan masa kecil yang terlalu sering dipuji.
Kekerasan psikologis yang dilakukan pengidap NPD kepada orang di sekitarnya akan meninggalkan jejak luka dan trauma yang cukup serius.
BACA JUGA: Menhub Budi Karya Luncurkan Buku, Berisi Kisah Hidup dari Kecil hingga Sukses Jadi Menteri
“Para korban ada kecenderungan menyalahkan diri sendiri (self-blaming). Kalau dia bertahan maka resikonya mental hancur. Sementara jika dia meninggalkan pasangannya yang NPD, korban akan takut dengan komentar orang lain karena khawatir dicap sebagai pasangan yang buruk,” paparnya dari rilis yang diterima GenPI.co, Senin (28/10.
Dra. Probowatie menjelaskan, NPD merupakan gangguan kepribadian yang pengidapnya seringkali merasa lebih baik dari orang lain sehingga membuat orang-orang disekitarnya merasa harus memuji dan mengaguminya.
“Gejala obsesi kompulsif sangat melekat pada NPD di antaranya manipulatif dan butuh dikagumi. Hal ini terjadi karena lingkungan masa kecil tidak mendidiknya bahwa dia bisa saja salah. Bedanya dengan narsisme biasa, NPD cenderung tidak sadar kalau dirinya memiliki ciri-ciri itu,” terangnya.
BACA JUGA: Buku Nusantara, Persembahan The Palace X Samuel Wattimena untuk Perempuan dan Warisan Budaya
Walau pun bukan penyakit mental menular, pengidap gangguan kepribadian narsistik ini perlu diwaspadai.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News