
Maka tidak heran bila ongkos cetak uang palsu di UIN ini satu lembarnya sampai Rp 57.000. Berarti kalau mencetak lembaran Rp 50.000 ia justru rugi.
Tingginya ongkos cetak itu juga terkait dengan mutu mesin. Dalam dunia percetakan Tiongkok belum dikenal sebagai negara yang mampu membuat mesin cetak bermutu tinggi. Jerman-lah juaranya. Di bawah itu hanya ada Italia.
Lalu, kalau bukan Andi Ibrahim siapa otak pencetakan uang palsu itu?
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Lukisan Aktivis
Ada satu nama yang juga disebut dalam kasus ini: Annar Salahuddin Sampetoding, disingkat ASS. Tapi belum jelas apa peran Annar. Ia sudah dipanggil polisi tapi belum datang ke kantor polisi.
Tentu kita tidak boleh menyangka Annar-lah otaknya. Untuk apa. Ia seorang pengusaha yang cukup ternama di Makassar. Namanya masuk dalam daftar panasihat tim pemenangan calon gunernur Sulsel yang terpilih.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Cambuk Illiza
Annar juga dari keluarga terhormat. Ayahnya adalah seorang eksporter kopi Toraja yang terkemuka. Makam leluhurnya berada di tebing gunung paling tinggi di Toraja --menandakan sebagai orang paling dihormati. Meski seorang Muslim keluarga Annar masih menghormati adat leluhur Toraja.
Annar sendiri jarang di Makassar. Salah satu keluarganya menjadi perwira tinggi polisi di Jakarta. Maka perlu pendalaman khusus mengapa nama Annar dikaitkan dengan kasus uang palsu ini. Apalagi, kata polisi, awal pencetakan uang palsu itu terjadi justru di rumah Annar di Jalan Sunu. Dengan mesin yang kecil. Lalu ditingkatkan ke mesin yang lebih besar di UIN.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Dosen GPT
Rasanya polisi perlu membuka saja siapa yang membeli mesin baru yang murahan itu. Uang siapa. Bagaimana pula bisa, sebelum itu, mencetak uang palsu di rumah Annar.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News