
Setelah beberapa hari melihat adegan hitung uang itu hatinyi tergerak: kok kelihatannya enak. Dia pun bertekad untuk menjadi mereka.
Tiap pukul 02.00 dia bangun. Berangkat ke pasar. Naik motor. Kulakan sayur. Lalu ke toko yang ada di dalam pasar itu juga: kulakan sembako.
Dua tahun kemudian dia bisa beli tanah kecil di sebelah rumah orang tua. Dua tahun berikutnya lagi bisa membangun rumah kecil. Dua tahunnya lagi bisa beli mobil kecil. Mobil itu jarang dipakai. Dieman-eman.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Danantara Audit
Kini dia ke pasar memang tidak naik motor roda dua lagi. Sudah meningkat: roda tiga. Dia sudah beli motor yang ada bak di bagian belakangnya.
Sang suami selalu memuji keuletan istri. Tiap hari bangun pukul 02.00 demi keluarga. Pun di saat hujan.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Daging Mentah
Pernah si suami merayu: ini kan lagi hujan deras, liburlah jualan. Sang istri justru menjawab: hujan begini kesempatan dapat uang, banyak yang tidak jualan.
Sang suami sangat patuh pada istri. Termasuk dalam hal keuangan. Tidak mau ganggu administrasi keuangan keluarga. Soal uang sepenuhnya di tangan istri.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Preman Saham
Sang suami bekerja tetap naik sepeda motor. Mobil baru dipakai kalau pergi bersama keluarga. Terutama bersama mertua.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News