Catatan Dahlan Iskan: Liburan Wu Yi

Catatan Dahlan Iskan: Liburan Wu Yi - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Saking banyaknya sampai-sampai saya salah sangka.

"Apakah di dalam sana ada stasiun kereta bawah tanahnya?" tanya saya ke Hansen.

"Tidak ada," jawab Hansen. Pengusaha ekspor-impor ini lahir di Keban Jahe, Karo, Sumut. Ia tamat SMAN di Keban Jahe. Lalu kuliah akutansi di Universitas Taruma Negara Jakarta. Hansen dari suku Tiuchu. Hampir 100 persen Tionghoa di Kabanjahe dari suku Tiuchu --yang juga disebut Chaozhou.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Barong Bola

Tidak ada stasiun kereta di dalam kompleks vihara Long Hua. Tapi banyaknya orang yang keluar masuk seperti ada stasiun di dalamnya.

Berarti vihara Long Hua ini sangat terkenal. Saya heran: di negara komunis masih ada orang sembahyang begitu banyaknya. Berbondong. Mengalir deras. Yang masuk. Yang keluar. Tiada henti.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Rumah Stasiun

Aliran orang masuk gerbang itu mengarah ke deretan kios pembelian yosua. Satu bungkus tiga batang.

Dengan yosua di telapak tangan di dada, mereka menuju halaman pagoda. Mereka melakukan ''tawaf'': berjalan mengelilingi pagoda tua setinggi 40 meter itu. Tiga putaran.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Monorail Mau

Di putaran pertama mereka berhenti di setiap arah mata angin. Lalu menghadap ke pagoda. Menundukkan badan tiga kali. Lalu jalan lagi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya