
Kepala Rizki yang menyapu lembut perutnya, untuk kemudian sibuk dengan sabuk kulit warna cokelat yang dikenakannya.
Kamar kecil empat kali lima di puncak bukit, di tengah perkebunan teh yang dingin, tak seorang pun tahu bahwa di dalamnya sedang berkobar api yang sama-sama membara.
BACA JUGA: Virus Corona Mematikan, China Terima Belas Kasih Sayang Indonesia
Mengalahkan hawa dingin yang merebak, melongsorkan rindu yang memuncak.
Cinta dan nafsu sedang berderak-derak.
"Maaf, tadi aku terlambat," kata Rizki, memeluk kekasihnya yang masih terkulai kelelahan dengan perjuangan cinta lima menit barusan.
BACA JUGA: Ini Jadwal Pencairan Gaji ke-13 dan 14, Honorer K2 PPPK Semringah
Menggigit kecil telinganya sedangkan tangannya tak berhenti mengusap dada Hendra.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News