
"Aku bawa mobil sendiri. Aku harus menjemput anakku dulu di tempat kakek neneknya," Hendra memecah kesunyian.
"Kita pulang sekarang saja kalau begitu. Ini sudah terlalu sore," ujar Rizki, seraya beranjak setelah meletakkan puntung rokok sekenanya pada asbak yang terletak di meja teras bawah mereka.
"Really, you never think how this situation will be?" gumam Hendra sekali lagi.
Beranjak dengan pandangan matanya masih pada lembah kebun teh, yang sedang indah ditimpa cahaya senja.
Hendra membuang nafas.
Menutup jendela di depan mereka, lalu memeluk Rizki erat.
"Aku tak mampu kalau harus menjanjikanmu dunia yang lebih besar dari dunia kecil yang kita miliki sekarang ini."
"Jika kita bisa sama-sama merasakan bahagia meski dengan keadaan seperti ini, kenapa kau harus terus-terusan terbebani dengan pikiran itu?" bisik Rizki, mengusap punggung Hendra dengan tangan kanan, sementara tangan kiri mengelus lembut rambut ikal lelaki di pelukannya itu.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News