Nyeri Leher jadi Gejala Baru Orang Terpapar Corona

Nyeri Leher jadi Gejala Baru Orang Terpapar Corona - GenPI.co
Ilustrasi (foto : Freepik)

GenPI.co - Demam tinggi hingga batuk kering diketahui merupakan gejala jika seseorang terpapar virus corona (covid-19). 

Namun, sebuah laporan kasus baru mengungkapkan bahwa virus corona juga dapat menyebabkan komplikasi yang langka, yakni tiroid subakut. 
 
Dokter di Italia telah merawat seorang wanita dengan kondisi tersebut. Hal ini diyakini sebagai kasus pertama yang diketahui terkait dengan covid-19.
 
Tiroid subakut merupakan pembengkakan kelenjar tiroid, yang diduga dipicu oleh infeksi virus.

BACA JUGA: Tak Lagi Lockdown! Penampakan Terkini Aktivitas Warga Amerika

Dilansir dari Mirror, Dr Francesco Latrofa, yang merawat wanita itu, mengatakan, "Dokter harus waspada tentang kemungkinan manifestasi klinis tambahan ini terkait dengan covid-19."
 
Wanita berusia 18 tahun, yang tidak disebutkan namanya, sebelumnya dinyatakan positif covid-19, dan sembuh total dari penyakit tersebut.
 
Namun, setelah sembuh, ia mulai mengalami sakit leher, tiroid, demam, dan takikardia.
 
Dokter mendiagnosisnya dengan tiroiditis subakut.

BACA JUGA: Viral! Wakili Tenaga Medis, Pria Ini Berteriak di Jalan Pakai APD
 
"Karena hubungan kronologis, SARS-CoV-2 dapat dianggap bertanggung jawab atas timbulnya tiroiditis subakut," kata Latrofa.
 
Tiroiditis subakut paling sering terlihat pada wanita berusia 20 hingga 50 tahun. Biasanya menyebabkan demam dan nyeri di leher, rahang atau telinga.
 
NHS menjelaskan bahwa gejala-gejala ini mereda setelah beberapa hari. Gejala kelenjar tiroid yang kurang aktif sering mengikuti dan berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan, sebelum kelenjar pulih sepenuhnya.
 
Namun, jika gejalanya terus parah, terjadi pembengkakan tiroid, dan pasian terus mengalami demam. Kondisi ini kemungkinan menderita tiroiditis infeksius.
 
Kondisi ini biasanya diobati dengan beta-blocker, serta obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas seperti ibuprofen.
 
"Kadang-kadang, kondisi ini dapat berulang atau kadar hormon tiroid yang rendah mungkin permanen, yang berarti Anda akan membutuhkan obat pengganti hormon tiroid jangka panjang." Ungkap NHS. (*)

Jangan lewatkan video populer ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya