
Kecepatan terbang kami rata-rata 120km/jam. Hal itu cukup membuat kesulitan saya mengabadikan pemandangan dengan mode video dari kamera. Dengan kecepatan seperti itu, tangan saya kesusahan menjaga kamera tetap stabil. Namun tetap saja, hati saya begejolak gembiara saat menyaksikan pemandangan indah di bawah sana. Sementara dari Microphone, J-Fox28 tak henti-hentinya menjelaskan beberapa lokasi di bawah yang semakin indah saat dilihat dari atas. Terlihat jelas tempat-tempat seperti Candi Ijo, Tebing Breksi, dan Stadion Sultan Agung. Sementara pesawahan di daerah wonosari yang menghijau tampak bagai bentangan karpet.
Cuaca yang bersahabat membuat Gunung Merapi tampak gagah di langit utara. Di sisi lain, pegunungan Menoreh memanjang hingga bertemu gari laut. Indah, tentu saja. J-Fox terus mengarahkan kemudi ke arah tenggara. Dalam setegah jam kami sudah berada di atas Pantai Indarayanti, Wonosari. Pesawat kemudian menukik ke kanan melintasi deretan pantai berpasir putih dan tebing-tebing curam yang sangat elok dipandang. Beberapa kawasan pantai kosong tanpa pengunjung, kerena memang cukup sulit untuk diakses lewat darat. Di sisi lain, terlihat beberapa nelayan dengan perahu kecilnya yang megarah ke bibir pantai. Mungkin semalam mereka sudah berburu ikan.
Seperti tahu keinginan saya, J-Fox28 membawa pesawat terbang rendah agar segala aktivitas di darat dapat terlihat jelas. Saya semakin terpukau. Dari ketinggian, bahkan tempat yang sering saya datangi sekalipun terlihat benar-benar asing.
Pesawat Trike terus melaju membelah udara. Di atas Pantai Parangtritis, J-Fox28 membawa peseta terbang rendah. Beberapa pengunjung pantai memberi lambaian tangan. Saya bisa melihat mereka dengan sangat jelas lantaran pesawat hanya 30 meter di atas kepala mereka.
Angin yang mulai bertiup kencang membuat pesawat bergoncang lebih kuat. Dari atas pantai Depok pesawat berbelok ke kanan menuju kota Jogja, melintasi kabupaten Bantul yang didominasi hamparan sawah yang hijau royo-royo. Kurang dari 15 menit kami sudah berada diatas kota Jogja. Di sini lebih terasa goncangan jika terbang kurang dari standar ketinggian. Uap panas dari perkotaan adalah faktor utamanya.
Setelah mendapat konfirmasi mendarat, pesawatpun segera menukik menuju Lanud Adisucipto. Terlihat sebuah pesawat komersil hendak terbang, namun menunggu kami mendarat lebih dulu. “Kita diprioritaskan mas, biar mereka nungguin kita aja” ucap Mr. J-Fox28 sambil tertawa.
Hingga pesawat trike ini masuk kembali ke hangar, saya masih saja terpukau. Benak saya dipenuhi bentang alam Jogja yang mempesona. Ingin rasanya berlama-lama di atas sana. Namun apa daya, jatah waktu terbang sudah cukup. Yang jelas, ini merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya. Suatu saat kalian harus mencoba sendiri sensasinya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News