Menpar: Akurasi Jurnalis Beritakan Bencana Bantu Kurangi Dampak pada Pariwisata

Menpar: Akurasi Jurnalis Beritakan Bencana Bantu Kurangi Dampak pada Pariwisata - GenPI.co

Surabaya — Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyebut akurasi jurnalis dalam memberitakan bencana alam yang terjadi pada suatu wilayah akan sangat membantu mengurangi dampak bencana tersebut pada sektor pariwisata.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam diskusi di Konvensi Nasional Media Massa yang mengangkat tema ’’Pers dan Liputan Bencana” yang berlangsung di Hotel Sheraton Surabaya, Jumat (8/2/2019), mengatakan berbagai musibah bencana alam mulai dari erupsi gunung, gempa bumi, dan tsunami yang terjadi di destinasi pariwisata Tanah Air belakangan ini membawa dampak besar terhadap sektor pariwisata dengan turunnya kunjungan wisman dan perolehan devisa.

“Begitu muncul bencana, media gencar memberikan kemudian diikuti 'travel advice' dari negara-negara sumber wisman. Bila pemberitaan bencana tersebut cepat dan akurat akan mengurangi dampak negatif pada pariwisata,” katanya.

Diskusi yang menghadirkan para praktisi pers dan akademisi antara lain penulis Sirikit Syah, Pemimpin Redaksi Kumparan.com Arifin Arsyad, dan Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers, Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat & Penegakan Etika Pers, sebagai rangkaian dari kegiatan Hari Pers Nasional (HPN) 2019 di Jawa Timur yang puncak acaranya akan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Surabaya, Sabtu (9/2/2019).

Menpar Arief Yahya menjelaskan, bencana erupsi Gunung Agung Bali pada 2017 membawa dampak pada turunnya kunjungan hingga mencapai 1 juta wisman dengan pengeluaran sebesar 1 miliar dolar AS.

“Bencana erupsi Gunung Agung 2017 membuat banyak negara mengeluarkan ‘travel advice’ dengan dampak yang berbeda-beda. Travel advice yang dikeluarkan pemerintah Tiongkok 100% diikuti wisatawannya atau warga negaranya, sedangkan Australia hanya 20%,” kata Arief Yahya.

Saat terjadi erupsi Gunung Agung di Bali misalnya, pihaknya sempat melayangkan permintaan secara khusus kepada Pemerintah Tiongkok agar segera mencabut travel advice bagi warga negaranya yang akan bepergian khususnya ke Bali.

"Dalam pembicaraan dengan pejabat Tiongkok, mereka minta agar penetapan ‘darurat Bali’ dicabut. Pengalaman atas peristiwa tersebut terkait dengan pemberitaan ‘darurat’ sehingga jurnalis dituntut menyajikan beritanya dengan akurat, melokalisasi kejadian hanya di tempat perkara sesuai ketentuan BNPB dan bukan meluaskannya seakan seluruh Bali darurat bencana," kata Arief.

Sementara itu, Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers mengatakan, pemberitaan bencana yang akurat harus dikedepankan karena hal itu menjadi bagian profesionalitas para jurnalis untuk menjunjung tinggi etika dan kode etik jurnalistik. “Di era media digital, kecepatan dan akurasi itu merupakan potongan dan irisan antara etika dan misi media,” kata Imam Wahyudi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Selanjutnya