Diserbu Wisatawan, Ngaben di Puri Agung Ubud Makin Meriah

Diserbu Wisatawan, Ngaben di Puri Agung Ubud Makin Meriah - GenPI.co
Ribuan Wisatawan mengabadikan bade megah temat menaruh jenasah Anak Agung Niang ketika diusung

Tahu nggak, guys, tanggal 2 Maret kemarin di Gianyar, Bali, ada upacara adat langka loh. Namanya Ngaben. Kamu pasti tahu Ngaben, kan? Itu loh, upacara kremasi masyarakat Hindu Bali. Ngaben ini upacara yang mahal, guys. Makanya nggak semua orang bisa mengadakan. Makanya waktu kemarin di bali diadakan Ngaben, ribuan wisatawan sontak membanjiri acara itu. Mereka nggak mau melewatkan peristiwa yang tidak terjadi setiap waktu itu.

Nah, Ngaben kemarin itu lebih istimewa lagi, guys. Pasalnya, yang dikremasi bukan sembarang orang. Beliau adalah Anak Agung Niang, istri dari Tjokorda Gde Agung Sukawati yang merupakan raja terakhir Ubud, Gianyar, Bali.

Meski ini sebenarnya prosesi kematian, tapi Ngaben untuk menghormati mendiang Anak Agung Niang ini berlangsung megah dan meriah, loh. jterang saja peristiwaini menarik begitu banyak wisatawan dari dalam dan luar negeri untuk turut ambil bagian. Pihak keluarga menyiapkan Bade yang megah bagi jenasah lengkap dengan ornament-ornamen keagamannya. Ditempatkan di luar Puri Agung Ubud, wadah bertumpang tempat menaruh jenasah pada saat dibakar itu tingginya mencapai 27,5 meter dengan berat mencapai 10 ton. Ada pula patung lembu yang dipercaya mengiringi  mendiang menuju nirwana. Tingginya 7 meter dengan berat mencapai  5 ton.

Siang itu, ribuan ponsel cerdas dan kamera mengarah ke Bade saat jenasah diangkat ke puncaknya. Diiringi bunyi gamelan, jenasah itu diangkat perlahan lewat menara bambu berlapis kain putih. Beberapa wisatawan terlihat tegang, khawatir jika menara itu tiba-tiba roboh lantaran tidak kuat menahan beban. Wajar aja mereka cemas, guys. Menara itu nggak menggunakan satu paku pun. Hanya diikat kain putih.

Setelah jenasah berada di tempatnya, mulailah bade itu diusung masuk ke dalam Puri. Kamu bisa bayangkan, butuh berapa orang untuk mengusung benda seberat 10 ton. Total ada 4500 orang yang mengusung bade itu. Mereka terbagi dalam kelompok-kelompok berjumlah 300 orang. Masing-masing kelompok itu berdiri sepanjang ruas jalan di depan Puri Agung.

Bade dan dan patung lembu itu diusung sejauh 900 meter secara estafet hingga memasuki Puri Agung Ubud. Pola estafet memang sengaja dillakukan, guys. Selain untuk memudahkan,  estafet juga sebagai lambang dari kerja sama dan peran serta seluruh lapisan masyarakat..

Selama prosesi pengusungan itu, ambience  sekitar Puri Agung seolah  menjadi penuh magis. Sorak-sorai  ribuan krama bersama para wisatawan yang memadati lokasi ini memenuhi udara.

Rupanya Menteri Pariwisata Arif Yahya juga turut hadir dalam acara ini loh. Ia begitu mengangumi bentuk bade yang tampak sangat megah itu. "Ini menjadi budaya atraktif dan menarik. Sangat berkelas. Lihat saja para pengusung Bade dan Lembu tidak hanya orang Bali. Beberapa terlihat berpostur warga negara asing. Mereka juga mengenakan pakaian adat Bali. Ini tandanya Budaya Bali selalu menjadi atraksi yang dapat mengundang wisatawan," lanjut Menpar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya