Mandi Lumpur, Tradisi Masyarakat Bali Usai Nyepi

Mandi Lumpur, Tradisi Masyarakat Bali Usai Nyepi - GenPI.co
Tradisi mandi lumpus usai perayaan Hari Nyepi di Bali. (Foto: Mamad)

Bagi penganut agama Hindu, Perayaan Hari Raya Nyepi merupakan suatu perayaan yang sakral. Menurut kepercayaan mereka, Nyepi merupakan langkah untuk mengintropeksi diri dan juga mengendalikan diri agar tidak terikat terus menerus oleh aktivitas duniawi. 

Berbagai ritual sebelum Hari Raya Nyepi pun juga ramai dilakukan di berbagai daerah seperti Tawur Agung kesangan, pawai ogoh ogoh dan sebagainya. Tak tertinggal, ritual setelah pelaksanaan Nyepi pun juga mampu menarik minat masyarakat seperti salah satunya yang dilaksanakan di Desa Kedonganan, Badung, Bali.

Kali ini masyarakat Desa Kedonganan memiliki tradisi mebuug-buugan atau mandi lumpur sebagai sarana pembersihan diri pasva Nyepi. Dilaksanakan di hutan Mangrove di desa setempat, tradisi mandi lumpur ini biasa mereka lakukan setahun sekali sehari setelah Hari Raya Nyepi.

Baca juga: Nyepi di Bali Penuh Toleransi

Ketua Pemuda Desa Adat Kedonganan Kadek Indra Wijaya mengungkapkan, makna dalam pelaksanaan tradisi mebuug-buugan selain menjaga tradisi juga membersihkan dan merenungi diri dari dosa-dosa yang setahun belakangan ini dilakukan.

Tak hanya sampai disitu, warga yang usai bermandi lumpur ria akan melakukan pawai menuju pantai di sisi lain hutan bakau ini untuk membilas diri. Disana juga akan dilaksanakan permainan tradisional yaitu goak maling taloh (membuang perkara), yaitu mengendong para peserta lain dan akan melemparkannya ke bibir pantai. Permainan ini memiliki artian membuang segala perkara buruk sehingga bisa hanyut bersama air laut.

"Kita ingin melestarikan budaya dan permainan yang sudah diturunkan oleh leluhur kita. Semua yang dibuat oleh leluhur kita, itu pasti bermakna dan bernilai. Jadi dari situlah kita mencoba melestarikan tradisi-tradisi kita," Tambahnya.


Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya