
Berikut pergerakan kurs tengah BI (Rp/USD)
19 September: 14.099
18 September: 14.080
17 September: 14.100
16 September: 14.020
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pengumuman empat bank sentral memengaruhi pergerakan kurs rupiah atas dolar AS hari ini.
Fed Rate
Bank Sentral AS, Federal Reerve menurunkan suku bunga, dan tidak menutup kemungkinan akan melakukannya lagi.
“Namun ternyata The Fed tidak terlalu dovish. Sikap The Fed yang masih hati-hati tergambar dari dot plot,” kata Ibrahim.
Pada September, median dot plot adalah suku bunga acuan berada di 1,5-1,75% pada akhir 2019. Artinya ada ruang Federal Funds turun 25 bps lagi.
“Namun suara untuk mempertahankan suku bunga acuan di 1,75-2% sampai akhir tahun juga lumayan banyak. Bahkan sama dengan suara yang meminta suku bunga acuan dinaikkan 25 bps lagi menjadi 2-2,5%,” kata Ibrahim.
Mempertimbangkan kondisi tersebut, ujarnya, pelaku pasar masih memilih berhati-hati dalam menyikapi keputusan The Fed.
BoJ Rate
Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) juga akan mengumumkan kebijakan moneter.
Ibrahim mengatakan, hasil survei menunjukkan bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda ini diprediksi belum akan menggelontorkan stimulus moneter.
“Jepang yang terus mengalami inflasi rendah tak kunjung membuat BoJ menggelontorkan stimulus moneter, sehingga BoJ diperkirakan telah kehabisan amunisi,” kata Ibrahim.
BoE Rate
Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE) termasuk yang akan mengumumkan kebijakan moneter.
“Namun, di tengah perundingan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa, BoE hampir pasti tidak akan merubah kebijakannya kali ini,” ujar Ibrahm.
Suku Bunga Acuan BI
Setelah menggelar rapat dua hari, hari ini (19/9/2019) Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan suku bunga.
Para analis memperkirakan Gubernur BI akan kembali menurunkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,22%.
“Jika hal tersebut sampai terjadi, berarti BI memangkas suku bunga dalam tiga bulan berturut-turut,” kata Ibrahim.
Ia mengemukakan, inflasi yang terjaga di dalam negeri bisa terus terjaga memberikan ruang bagi BI untuk kembali melonggarkan kebijakan moneter.
Selain itu, memasuki kuartal III/2019, neraca perdagangan RI mencatatkan defisit yang tidak terlalu besar di bulan Juli, kemudian berbalik surplus di bulan Agustus meski tidak terlalu besar juga.
“Bisa dikatakan neraca perdagangan RI lebih stabil di kuartal III-2019, sehingga defisit neraca pembayaran (current account deficit/CAD) bisa membaik,” kata Ibrahim.
Kurs tengah BI ke Rp14.099 per dolar AS pada Kamis, 19 September 2019 (grafik: BI)
Simak video pilihan redaksi berikut ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News