The New Normal dari Kacamata Keuangan

The New Normal dari Kacamata Keuangan - GenPI.co
The New Normal dari Kacamata Keuangan. Foto: Freepik

Rizal Monel, seorang wirausaha cucian motor 'Hidayah Steam Wash' di Purwakarta, Jawa Barat, juga harus beradaptasi terhadap kondisi saat ini.

Sebelum pandemi terjadi, usaha Rizal mampu melayani hingga 700-800 motor per bulan karena bantuan modal produktif dari fintech lending.

Namun, kini penurunan pendapatan tak terelakkan seiring dibatasinya gerak masyarakat. Selain beradaptasi pada kondisi tak menentu ini, Rizal mengakui bahwa penerapan pola keuangan yang baru juga harus diaplikasikan pada usahanya.

Karena adanya pandemi, Rizal harus memutar otak untuk dapat memanfaatkan pinjaman dari Kredivo berdasarkan prioritas.

"Kini, pinjaman yang ada saya alokasikan untuk memenuhi kebutuhan usaha saya lainnya, yaitu warung sembako, mengingat kebutuhan pokok masih menjadi hal yang  dibutuhkan di tengah pandemi ini," ujar Rizal saat membagikan ceritanya.

Namun, ia juga harus tetap menyisihkan keuntungan dari usaha warung tersebut untuk terus menghidupi keluarga, usaha steam motor, dan cita-citanya untuk bermanfaat bagi orang lain.

Dari sisi pelaku industri, McKinsey dalam laporannya menyebut setidaknya ada prinsip dasar yang perlu dilakukan saat memasuki masa the new normal yaitu memperhatikan perubahan perilaku konsumen, pola permintaan yang tidak dapat diprediksi, dan efisiensi operasional berdasarkan skala prioritas.

Menanggapi kondisi ini, Kredivo, sebagai fintech lending, juga melihat urgensi pada kemampuan beradaptasi terhadap the new normal, agar masyarakat serta pelaku industri dapat bertahan dan melewati krisis ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya