
Intan tidak menjadi petani, dia hanya meneruskan mata rantai sayur organik yang sering terputus sebelum sampai ke tangan pelanggan.
Alasan tersebut, menurutnya, yang membuat sayur organik memiliki harga yang cukup mahal.
Intan mengaku tidak terlalu banyak menggelontorkan modal awal bisnisnya. Sebab, di masa tersebut bisnisnya dia jalani dengan sistem pre-order.
Masa-masa awal bisnis selalu berat. Intan mengaku memiliki dua permasalahan besar.
BACA JUGA: Prinovanto, Mahasiswa yang Sukses Jalani Bisnis dari Hati
Pertama, dari segi pelanggan masih banyak yang belum teredukasi pentingnya makanan organik.
Kedua, dari petani, yang masih “abu-abu” tentang pengertian organik.
“Jadi, masih ada pemahaman yang keliru (di petani). Semisal organik itu boleh pakai bahan kimia, tapi sedikit. Nah, yang seperti ini, kan, sebenarnya bukan organik lagi,” kata Intan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News