Meriahnya Festival Minang di Kampus Budi Luhur

Meriahnya Festival Minang di Kampus Budi Luhur - GenPI.co
Festival Minang di Kampus Budi Luhur. (Foto: Tribunnews)

Ratusan warga Minang dari berbagai daerah di Sumatera Barat  tumpah ruah di kampus Budi Luhur, Sabtu(16/2). Mereka mengikuti Festival Minang yang diselenggarakan oleh pengelola perguruan tinggi swasta di Jakarta Selatan tersebut. Uniknya, mereka datang dengan menggunakan pakaian adat Minang menuju lokasi acara dengan sambutan musik tradisional Tabuik dari kulit lembu khas Minang. 

Tak hanya itu, di luar ruangan pun nampak puluhan stand menjajakan aneka kuliner khas Minang. Mulai dari jajanan ringan seperti emping, sate padang, hingga lontong sayur dengan gulai pakis dan gulai nangka. Tak ketinggalan ampiang dadiah dan katan sarikayo.

Dilansir dari Tribunnews, acara bertajuk Festival Minang "Budi Luhur Maimbau Ranah Minang" ini sangat meriah oleh beragam seni musik tradisional dan seni sastra lisan bertutur dalam bahasa Minang. Pun  iringan musik tradisional Minangkabau yang khas. Alunan saluang, sebuah alat musik tiup tradisional dari bambu khas Sumatera Barat yang dibawakan oleh seniman Katik Batuah terdengar selama acara berlangsung.

Pemain saluan legendaris Mak Kijok (Muchsin St Bandaro) dari Kampuang Asl Dusun Jambu, Jorong Tanjuangbarulak Kototangah Tialatangkamang, Agam dan Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar tampil unjuk kebolehan. Tak hanya itu, para tamu undangan pun ikut berpartisipasi.

Dalam acara tersebut, digelar juga  prosesi penyerahan pengahrgaan untuk Yus Datuk Parpatiah dengan kategori Pelestarian Budaya Minangkabau. Penghargaan tersebut diberikan kepada Kasih Hanggora, MBA selaku ketua Yayasan Pendidikan Budi Luhur Cakti. Selain penghargaan Yus Datuk juga mendapatkan bonus berupa umroh gratis.

"Beliau itu orang hebat. Karyanya ada 100 lebih belum terdokumentasikan dengan baik. Sekarang kami berusaha mendokumentasikan karya-karyanya," Ungkap Uda Yos Magek Bapayuang, salah satu perantau Minang yang hadir malam itu. Uda Yos Magek Bapayuang merupakan perantau Minang di Jakarta asal Ladangtibarau, Kototangah, Tialatangkamang, Kabupaten Agam.

Yus Datuk Pratapia mengaku terkejut atas penghargaan yang diterimanya itu. Dia merasa bahwa karyanya belum seberapa.

"Saya mengucapkan terima kasih kepada Universitas Budi Luhur yang memberikan penghargaan ini. Selama ini karya seni saya, baik berupa kaset maupun puisi tentang Minang belum seberapa. Saya memang konsisten membuat karya tersebut sejak tahun 1980-an sampai sekarang," Ungkap Datuk Pratapia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya