
“Saya tidak akan terkejut bahkan melihat di Q1 di Q2 tahun depan harga USD 300.000, USD 400.000, USD 500.000,” kata PlanB
Seperti diketahui, model stock to flow (S2F), yang secara tradisional digunakan untuk melacak kinerja komoditas seperti logam mulia, membandingkan harga aset dengan pasokan yang tersedia.
Untuk model cross-asset stock-to-flow PlanB (S2FX) melihat transisi fase Bitcoin dari bukti aset keuangan lain untuk menghasilkan penilaian untuk BTC.
BACA JUGA: Harga Kripto Litecoin, Koin Tertua Berusaha Ngegas, Sukseskah?
Dalam jangka panjang, PlanB mengatakan dia melihat Bitcoin mengalami lonjakan hiperbolik.
“Kelangkaan digital adalah hal generasi berikutnya, jadi saya pikir itu akan terjadi, tetapi saya juga melihat dalam model saya sendiri bahwa ada hubungan linier antara kelangkaan dan nilai dalam pandangan saya, adalah faktor terpenting yang menyebabkan Bitcoin bisa hiperbolik” bebernya.
BACA JUGA: Sikap Keras China pada Kripto Berlanjut, Nasib Bitcoin?
Hal yang juga membuat Bitcoin melonjak adalah FOMO yang memicu para investor baru untuk membeli Bitcoin, dan membuat kripto ini naik dan semakin langka.
Berdasarkan semua ini, PlanB memprediksi antara 2024 hingga 2028 skenario hiperbolik masih akan terjadi, apalagi Bitcoin merupakan aset dinamis. (*/coinvestasi)
BACA JUGA: Tak Sabar! Bakal Ada Luapan Bahagia Buat Pencinta Kripto dan BTS
Jangan lewatkan video populer ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News