Tenun Ikat Sikka NTT Punya Peluang Go Internasional

Tenun Ikat Sikka NTT Punya Peluang Go Internasional - GenPI.co
Tenun Sikka memiliki motif yang menawan. (Foto: Evi Indrawanto)

Nusa Tenggara Timur dikenal memiliki kekayaan wastra tenun yang sangat elok dan menawan. Di antara daerah penghasil tenun di NTT, tenun ikat Sikka menjadi salah satu yang menarik perhatian. Kain tradisional dari Kabupaten Sikka ini menjadi kain ikat pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikat Indikasi Geografis.

Kain tenun ini telah dilindungi kekayaan intelektualnya melalui Indikasi Geografis dengan sertifikat ID G 056 rilisan Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia sejak 8 Maret 2017. Kain Tenun Ikat Sikka menjadi tenun ikat pertama di Tanah Air yang memperoleh perlindungan hukum kekayaan intelektual.

"Kami ingin regenerasi penenun terjadi. Beberapa upaya yang telah kami lakukan di antaranya mendata penenun, menjaga mutu dan keaslian tenun, melakukan promosi serta pemasaran, menjalin kemitraan, dan yang tak kalah penting memberikan edukasi maupun pelestarian," ungkap Oscar Mandalangi Pareira, Ketua MPIG Tenun Ikat Sikka saat ditemui di acara Tenun Ikat Sikka Auction and Marketplace 2019, Jakarta, Sabtu (16/2).

Lewat acara lelang tersebut ia mengatakan masyarakat kini dapat lebih dekat mengenal tenun ikat Sikka dengan beragam motif. Disamping dapat membeli kain tenun yang nantinya hasil penjualan akan diberikan kepada para penenun dan pelaku kreatif agar usaha mereka semakin berkembang. “Di Sikka kain tenun tidak hanya dipakai untuk sehari-hari, tapi juga untuk upacara adat dengan motif yang berbeda-beda,” imbuhnya

Sementara itu menurut Dollaris Riauaty Suhadi, ketua acara Tenun Ikat Sikka Aucation and Marketplace 2019, hal ini membuka peluang bagi Tenun Ikat Sikka untuk masuk ke pasar desain dan mode kelas dunia karena memiliki diferensiasi pasar. “Yang bikin beda motifnya ada flora fauna yang indah, makna dibalik setiap motif, dan penggunaan bahan-bahan alam,” paparnya.

Untuk diketahui, proses pembuatan kain tenun relatif lama. Untuk satu lembar selendang panjang 3 meter dan lebar 1 meter, dibutuhkan plaing singkat 3 bulan, mulai dari kapas dipintal sampai tenun siap.

Benang yang digunakan pun berasal dari kapas yang dipintal sendiri, lalu diwarnai menggunakan bahan-bahan alami seperti akar, batang, dan daun tanaman. Kain ini pun diklaim tidak mudah rusak dan pudar. Harga untuk tenun ikat berbahan benang pabrik bisa dijual di bawah satu juta rupiah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya