
2. Perekrut berkomunikasi secara eksklusif melalui media sosial
Jika seorang perekrut menghubungi kamu melalui media sosial, kamu sebaiknya sudah lebih skeptis.
Perekrut dari perusahaan resmi biasanya berkomunikasi melalui email, telepon, atau aplikasi lowongan kerja, di mana identitas mereka yang sebenarnya ditampilkan.
Beberapa perekrut mungkin mengirim pesan kepada kandidat melalui media sosial sebelum beralih ke sarana komunikasi yang lebih formal seiring berlanjutnya pembicaraan.
3. Perusahaan mengirimkan email yang mencurigakan
BACA JUGA: IKN Nusantara Buka Banyak Lowongan Kerja, Ayo Daftar!
Berkomunikasi melalui email tidak secara otomatis membuat perekrut menjadi sah. Bahkan, kamu bisa mengidentifikasi penipuan rekrutmen lowongan pekerjaan berdasarkan isi email.
Apakah pesan tersebut berasal dari alamat email resmi perusahaan? Jika itu berasal dari alamat email pribadi atau yang tidak terkait dengan perusahaan yang diklaimnya mewakili, maka iklan pekerjaan itu bisa jadi penipuan.
4. Perekrut pekerjaan menanyakan informasi pribadi kamu
BACA JUGA: Lowongan Kerja KAI untuk Lulusan SMA dan D3, 2 Hari Lagi Ditutup
Perekrut pekerjaan nyata hanya tertarik pada hal-hal di resume kamu: pekerjaan dan latar belakang pendidikan, keahlian, dan informasi pribadi dasar kamu.
Di luar itu, tidak ada perusahaan yang benar-benar menggunakan informasi tambahan apa pun, seperti detail bank atau nomor jaminan sosial kamu. kamu hanya boleh memberikan informasi pribadi ini setelah perusahaan mempekerjakan kamu.
BACA JUGA: Banyak Lowongan Kerja di Mega Career Expo, Ayo Siapkan CV!
Orang-orang yang meminta lebih banyak informasi dari kamu daripada yang biasanya dibutuhkan oleh pemberi kerja mungkin mencari hal lain.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News