GenPI.co 
“Awalnya saya mengenal tanaman organik di Bali, ketika berkunjung ke rumah guru yoga saya,” ujar Maya saat dijumpai GenPI.co di Gedung Astra, Jakarta, Senin (2/3/2020).
Cewek yang Bahasa Inggrisnya casciscus ini mengatakan di rumah guruya yang diet vegan, ditawari mkan buah dan sayur.
“Tapi rasanya berbeda, karena organik. Dari situ saya tertarik untuk bertani organik,” kata Maya.
Mulanya wanita kelahiran 11 Juni 1985 ini menyewa lahan di Dusun Claket, Kecamatan Pacet, Mojokerto untuk melakukan budidaya sayur dan buah organik.
BACA JUGA: Belum Genap 20 Tahun Zachary Weisenthal Merasakan
Dalam perjalanannya, dia mengalami jatuh bangun bahkan mengaku sempat mengalami banyak kerugian.
Kini, dia memberikan kursus ekslusif kepada para petani organik.
Tak sekadar memperoleh hasil panen, Maya juga memberi pemahaman para petani soal pertanian organik agar petani lebih mandiri dan bisa mempunyai pasar sendiri.
Saat ini ada 20 pertani berada di bawah bimbingannya.
Petani memiliki kebebasan memilih tanaman, tanpa terbebani permintaan tengkulak.
Maya juga sering mengundang tamu dari luar negeri untuk datang ke kebunnya.
Saat ini, Maya memiliki dua kelompok tani yaitu Kelompok Petani Madani yang fokus kepada tanaman sayuran dan Kelompok Petani Swadaya, sekaligus membuat pupuk organik.
Perjuangan yang dia rintins bersama 11 orang lainnya sejak 2007 dengan nama Twelve Organic ini pun menerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2019 di bidang lingkungan.
Sayangnya dari 12 orang yang menjalankan pertanian organik ini hanya bertaha dua orang, yaitu tinggal Maya dan temannya. (*)
Petani milenial yang melakukan budidaya tanaman oranik Odianugerahi Apresiasi SATU Indonesia Award (foto: Astra)
Simak video pilihan redaksi berikut ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
