Aku memutuskan memberanikan diri dan masuk dengan yang lainnya. Membelah alang-alang pun dilakukan, seakan sedang bertualang di alam liar. Ketika sampai di depan pintu masuk, Rizky, salah seorang temanku yang membukanya.
Rumah belasan tahun tidak dihuni jelas berdebu dan banyak sarang laba-laba. Aku pun dengan yang lainn membersihkan sofa di ruang tamu, dan menikmati waktu dengan beberapa botol minuman.
Hari itu malam semakin larut. Tanda-tanda keanehan mulai terasa. Di lantai dua terdengan suara bangku dan tangisan anak kecil. Karena, sedang sedikit tidak sadar enggak ambil pusing.
Keesokan harinya, aku mengajak teman-teman kampus lainnya untuk datang membersihkan rumah itu. Selepas itu aku tinggal berdua dengan Rizky pada malam hari.
Ruang tengah menjadi lokasi sangat nyaman untuk bersantai dan menikmati musik dari radio tua. Tepat pukul 11 malam, sedang hujan dengan derasnya turun.
Lagi-lagi gangguan makhluk asral menyapa. Frekuensi radio berganti dan memutarkan lagu lengsir wengi. Terdiam aku dan Rizky yang saling bertatapan, air keran kamar mandi pun mendadak mengalir. Akhirnya, aku memutuskan meninggalkan rumah itu untuk pulang. Ini kisah nyata yang aku alami.
Dua hari berikutnya aku dan teman lainnya memutuskan untuk membuat pesta kecil-kecilan, lintas angkatan. Semenjak sore hari, aku kembali hadir di rumah itu. Rasa takut sudah hilang, karena akan banyak orang datang.
Bernyanyi, sambil bakar-bakar ayam dan ikan mengisi malam itu. Salah satu teman wanita terlihat murung, aku dan teman lain yang sudah tahu keangkeran rumah sehingga mengajak berpindah ke ruang tamu dari halaman depan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News