Dear Diary

Sepucuk Surat yang Tak Pernah Sampai Kepada Kekasih: Aku Rindu!

Sepucuk Surat yang Tak Pernah Sampai Kepada Kekasih: Aku Rindu! - GenPI.co
Surat kepada kekasih. (Foto: Elements Envato)

GenPI.co - Kutuliskan untaian kalimat  ini  bersama tetes demi tetes air mata yang jatuh setelah menganak sungai di pipi. Sebab rasa lara menyelimuti hatiku, begitu tahu masa depanku telah terenggut selamanya.

Aku ingat, 10 tahun lalu saat kita pertama kali beradu pandang. Bagiku seperti baru kemarin, karena masih segar dalam benak detik demi detik momen mendebarkan itu. Sebuah sapuan pandangan yang membuatku tidak bisa tidur berhari-hari.

Kita bertemu di antara hiruk pikuk orang-orang dengan pakaian warna-warni pada sebuah festival tahunan.

Di bawah gemerlap kembang api dan nyala ratusan lampion yang digantung, wajahmu yang mungil itu seketika terpatri di hati.

Hatiku membuncah ketika tahu engkau juga memperhatikanku kala itu. Aku bisa melihat jelas engkau mencuri-curi pandang meski sibuk bercengkrama bersama kelompokmu.  Hatiku mantap, begitu pun engkau, untuk saling mengenal lebih jauh.

BACA JUGA: Sebuah Adegan...

Sejak itu kita selalu bertemu dan aku begitu menikmati tiap perjumpaan itu. Saat menghabiskan waktu menyusuri Hubu Alei, kerap kuperhatikan matamu yang berbinar saat menceritakan sesuatu. Sementara bibirmu yang ranum itu menata kata-kata dengan cermat, sehingga setiap kalimat yang keluar dari mulutmu terdengar seperti alunan petikan ghungzeng yang bergema di dinding-dinding renta Yellow Crane. Aku mabuk akan segalanya tentang dirimu.

Saat air matamu jatuh ketika aku berlutut di depanmu sembari mengulurkan sebuah cincin sederhana, di situ aku tahu bahwa engkau adalah bagian dari rusukku yang telah diambil.  Kau menyambut pintaku dengan cinta yang meluap- luap.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya