Jangkar dan Meriam Kuno Milik Saudagar China Ditemukan di Selayar

Jangkar dan Meriam Kuno Milik Saudagar China Ditemukan di Selayar - GenPI.co
Meriam dan Jangkar kuno raksasa di kampung Padang Selayar. (ist)

Traveling ke Selayar tidak melulu mengunjungi pantai. Kita bisa sesekali berkunjung ke kampung-kampung yang ada di sana. Salah satunya adalah Kampung Padang yang dihuni oleh suku Bajo dengan mata pencaharian sebagai nelayan. 

Kampung Padang ini letaknya memang sangat terpencil dan jauh dari peradaban perkotaan, terletak di Desa Bontosunggu Kecamatan Bontoharu.  Secara arkeologis pada abad ke-17 dan 18 di sekitar kampung Padang merupakan arus lalu lintas perdagangan. Jadi tak heran jika di kampung ini ditemukan sebuah jangkar raksasa yang konon milik suadagar Cina bernama Gowa Liong Hui (Baba Bos Kamar). 

Dia datang ke Selayar dengan kapal yang besar dan membawa barang dagangan. Setelah bertahun-tahun kapal ini melalui perairan Padang (Selayar), akhirnya rusak dan tidak dapat digunakan lagi untuk berlayar.

Baca juga: Rumah Tinggi Ratusan Tahun di Kampung Tua Bitombang Selayar

Selain itu, di perkampungan nelayan ini juga terdapat peninggalan berupa Meriam Kuno. Berdasarkan cerita rakyat yang berkembang, konon kabarnya meriam tersebut merupakan peninggalan seorang saudagar Cina bernama Baba Desan yang datang dari Gowa. Saudagar ini datang bersama barang dagangannya dengan tujuan mencari perairan baru untuk mendapatkan hasil laut seperti teripang, ikan, dan sebagainya.

Meriam tersebut merupakan peralatan dalam kegiatan pelayaran yang bertujuan sebagai senjata untuk melindungi diri dan barang-barang bawaan. Mengingat pada waktu itu di perairan Sulawesi masih ramai oleh bajak laut, dalam perjalanannya Baba Desan melengkapi kapalnya dengan peralatan senjata berupa meriam, tombak serta panah dengan maksud untuk menjaga segala kemungkinan bahaya yang  mengancam.

Selain itu Padang juga merupakan tempat persinggahan untuk menambah perbekalan dan pesediaan air minum serta berlindung dari cuaca yang buruk dalam suatu musim pelayaran. Kini Jangkar dan meriam kuno sudah mengalami penyusutan akibat korosi. Sekarang Jangkar dan meriam tersebut disimpan di kampung Padang, dan dijaga oleh seorang juru kunci yang bertugas membersihkan lokasi sekitar. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya