
Di bulan pertama sejak pandemi, kami tidak bertemu sama sekali.
Akhirnya pada suatu malam, Banu datang ke rumahku. Dia hanya mampir sebentar untuk mengantarkan martabak keju kesukaanku.
Kami sempat mengobrol sebentar di teras rumahku. Namun, Banu tampaknya tidak nyaman karena ayahku terus mengintiplewat jendela.
Tak sampai 15 kami mengobrol dan melepas rindu, Banu akhirnya memutuskan untuk pulang.
Sumpah, saat itu aku merasa sangat tidak enak dengan Banu.
Saat itu pula, aku langsung dimarahi oleh ayah. Menurut ayah, tidak aman untuk bertemu orang lain yang belum tentu bersih dan bebas dari virus.
Sejak pertemuan malam itu, kami jadi makin jarang untuk berkomunikasi.
Banu tampaknya kian sibuk dengan pekerjaannya, dan jarang sekali menghubungiku.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News