
Aku panik, aku takut, aku cemas. Dalam perjalanan ke rumah sakit ia tak sadarkan diri. Hanya senyuman indah yang ia lepaskan sebelum tak sadarkan diri.
“Kamu boleh pergi,” hanya kalimat itu yang terucap sebelum ia memejamkan mata.
Sesampainya di rumah sakit, yang aku lakukan hanya termenung.
Tak lama berselang dokter mengatakan bahwa Haikal meninggal, sekiranya saat itu aku tahu bahwa selama ini ia menyembunyikan penyakit kanker otaknya dariku.
Aku lemas, menangis sejadinya. Datang tiba-tiba, pergi tanpa aba-aba. Kamu curang, Haikal.
Hari ini, aku menangis di mejaku sampai pelayan tersebut datang membawa pesananku dan sesosok pria tampan yang sebenarnya tidak kupesan.
BACA JUGA: 4 Alasan Memaafkan Pasangan Selingkuh, Nomor 3 Demi Si Buah Hati
“Boleh aku duduk?” pria itu bertanya kepadaku seiring pelayan meletakkan pesananku di atas meja.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News